1. Kenali Sosok Calon Pemimpin
Ini point pertama yang harus para muda lakukan sebelum menentukan
pilihan. Kamu harus gali sebanyak mungkin informasi tentang calon yang
akan kamu pilih. Tujuannya adalah agar kita mengenal lebih dekat siapa
calon pemimpin kita. Media informasi sudah berkembang sedemikian
pesatnya maka tidak ada alasan jika para muda tidak mendapatkan
informasi tentang calon pemimpinnya. Yang perlu kamu perhatikan adalah obyektifitas sumber informasi dari media yang kamu baca atau lihat.
Mengapa? Karena bukan rahasia lagi jika beberapa media besar di
Indonesia adalah milik dari beberapa orang yang notabene adalah
politikus atau pengusaha yang dekat dengan lingkaran kekuasaan. Sedikit
banyak pasti ada muatan kepentingan dari sang pemilik. Karenanya, ketika
para muda mencoba menggali informasi tentang sosok calon pemimpin,
hendaklah melakukan perbandingan dari berbagai sumber.
Informasi apa saja yang perlu kamu gali tentang sosok calon pemimpin ?
Setidaknya ada empat point yang harus kamu cari tahu yaitu:
historinya, keluarganya, prestasinya dan visi dia kedepannya.
Dalam melakukan penilaian terhadap sosok tersebut, jangan pernah
terjebak pada penilaian media atau siapa pun. Misal, banyak media
menulis bahwa calon presiden ABCDE memiliki visi membela kepentingan
rakyat. Usahakan jangan ikut-ikutan mengamini penilaian tersebut. Mari
kita belajar dari sejarah. Bukankah hampir semua presiden dan mantan
presiden Indonesia mengucapkan hal yang sama tapi, kenyataan yang
terjadi seperti apa? Ini tidak lebih dari sebuah retorika politik.
Buatlah frame penilaian sendiri sesuai pengetahuan yang kamu pahami.
Seyogyanya, membela kepentingan rakyat bukanlah visi tapi, merupakan
kewajiban dari seorang pemimpin.
2. Pemimpin yang Amanah
Selanjutnya mari kita telaah lebih jauh lagi. Jabatan, bagi seorang
pemimpin adalah Amanah. Amanah sendiri adalah istilah dalam Islam yang
berarti
“Meletakkan sesuatu pada tempatnya yang pantas, tidak
memberikan sebuah jabatan kecuali kepada seseorang yang berhak, dan
tidak menyerahkan suatu tugas kecuali kepada seseorang yang selalu
berusaha meningkatkan kemampuannya dengan tugas yang diembannya.”
Untuk mengetahui seseorang itu Amanah atau tidak, kamu dapat menilainya
dengan melihat track record dia selama ini. Seseorang yang amanah pasti
mampu mengemban semua tugas yang dipercayakan dan menyelesaikannya
dengan baik. Seseorang dikatakan tidak mampu memegang Amanah jika tugas
yang dipercayakan tidak mampu dia emban dan diselesaikan dengan baik.
Apalagi jika secara sengaja dia tinggalkan untuk tujuan berikutnya.
Amanah mengharuskan memilih seseorang yang paling pantas untuk
mengemban sebuah jabatan. Jika kita menyimpang darinya dan memilih orang
lain karena pertimbangan hawa nafsu atau suka, pertimbangan money
politic dan kekerabatan maka kita (dengan mengenyampingkan orang yang
mampu dan pantas kemudian mengangkat orang yang lemah) telah melakukan
sebuah pengkhianatan yang besar.
3. Adil
Kalau ngomongin soal adil dinegeri ini mungkin agak sedikit susah.
Adil menjadi point wajib karena sebenarnya ini adalah prinsip dasar yang
harus dimiliki oleh setiap individu. Bahasa yang paling mudah
dimengerti untuk definisi adil adalah tidak berat sebelah. Semua yang
dipimpinnya haruslah disayangi dan diperlakukan dengan baik sesuai yang
sudah diamanahkan. Cakupan adil pada tataran ini tidak hanya adil pada
para pemilihnya tapi, juga adil terhadap masyarakat yang tidak
memilihnya. Terus bagaimana kita bisa menilai calon pemimpin tersebut
adil? Parameter yang paling mudah adalah dengan melihat histori dan
kondisi keluarga sang calon pemimpin. Seperti apa track record
kepemimpinan mereka sebelumnya? Bagaimana respons orang-orang yang
pernah merasakan kepemimpinannya? Jika sang calon pemimpin tersebut sama
sekali baru dan tidak pernah memimpin suatu organisasi atau masyarakat,
setidaknya lihatlah bagaimana kondisi keluarga dan penilaian
orang-orang yang pernah dekat dengan calon pemimpin tersebut. Jika calon
pemimpin kamu adalah laki-laki maka akan lebih mudah. Karena pada
hakikatnya seorang laki-laki adalah pemimpin dalam rumah tangga. Nah
dari sanalah para muda bisa melakukan penilaian. Apakah mereka adalah
figur pemimpin keluarga yang baik? Jika dalam skala keluarga mereka
sudah acuh, cuek atau menjauh dari keluarga, jangan harap ketika diberi
amanah untuk memimpin dalam skala yang lebih besar mereka akan mampu
mengemban kepercayaan dengan baik.
4. Bervisi
Pemimpin yang bervisi adalah pemimpin yang mempunyai pandangan jauh
ke depan sehingga dapat membawa orang-orang yang dipimpinnya kearah yang
diinginkan sesuai dengan visinya. Mudahnya, Visi itu seperti sebuah
payung yang akan menaungi kemanapun kamu pergi. Seperti yang kita
singgung dalam point 1 bahwa kita harus bisa membedakan antara hak dan
kewajiban. Antara Visi dan Misi. Hal ini bertujuan agar kita mampu
berpikir obyektif dan tidak termakan oleh pidato kampanye para calon
pemimpin yang suka mengobral janji. Berbicara soal Visi, menarik sekali
mengutip ucapan Noe (Vokalis Letto, anak dari Cak Nun) yang mengatakan
bahwa:
“Pemimpin yang sebenarnya tidak
berangkat dari iklan-iklan yang membesarkan atau menawarkan dirinya.
Pemimpin yang sebenarnya berawal dari dia memang melakukan sesuatu.
Orang-orang disekitarnya punya mimpi yang sama tapi tidak mampu
melakukannya. Dia menitipkan mimpi pada orang ini (calon pemimpin) dan
dia mendukung orang ini. Orang ini didukung oleh sekitarnya bukan karena
dia menawarkan diri tapi, karena dia bisa dititipi mimpi oleh para
pendukungnya.”
5. Pertimbangan
Setelah kamu mendapatkan informasi dan pemahaman yang cukup dari
empat point diatas, coba kamu lakukan perbandingan diantara kandidat
yang nantinya akan kamu pilih. Langkah nomer lima ini juga penting agar
para muda tidak terjebak pada fanatisme sesaat seperti memilih
Indonesian idol. Setidaknya timbang-timbang sendiri agar kamu
mendapatkan kriteria calon pemimpin yang benar-benar dapat mewakili
suara kamu. Atau kalau kita berbicara pahit, minimal dari para calon
pemimpin tersebut ada beberapa kriteria dari hasil penilaian kamu yang
dimiliki oleh para calon pemimpin itu.
0 komentar: