Satelit Palapa Indonesia
(semoga bermanfaat sebagai bahan bacaan, menambah pengetahuan maupun referensi.dont copy paste)
Di era globalisasi ini, peran komunikasi dan informasi begitu penting dalam kehidupan manusia. Suatu berita mengenai sebuah kejadian di belahan bumi bagian utara dapat dengan cepat sampai kepada masyarakat di bumi bagian selatan. Hal ini merupakan dampak dari perkembangan suatu era yang di sebut globalisasi. Seakan membuat batas-batas antar negara seperti tidak ada.
Dalam penyampaian informasi dan proses komunikasi tersebut, terdapat suatu peran penting yang terjadi melalui beberapa media. Seperti telephon, radio, televisi, hingga internet. Akan tetapi ada suatu alat yang dapat merangkum keseluruhannya sehingga dapat disampaikan kepada masyarakat diberbagai belahan bumi secara singkat. Perangkat tersebut ialah satelit. Era satelit di Indonesia sendiri bermula pada saat dikembangkannya Satelit Palapa. Nama Palapa merujuk pada sumpah dari Maha Patih Gajah Mada akan cita-citanya mempersatukan Nusantara. Manfaat dari Satelit Palapa sendiri juga begitu banyak dan dapat kita rasakan hingga sekarang.
Awal mula pengembangan satelit di Indonesia
Sebelum lebih jauh membahas mengenai kapan satelit dikembangkan di Indonesia, terlebih dahulu dibahas mengenai apa itu Satelit. Satelit sendiri ada dua buah. Satelit alam dan satelit buatan. Satelit alam merupakan benda langit yang mengorbit pada planet dan matahari sebagai pusat tata surya. Sedangkan satelit buatan (artificial satellite) merupakan satelit buatan manusia dalam rangka memenuhi dan mempermudah kebutuhan manusia (Karneni.2008 : 39). Dikarenakan memiliki berbagai manfaat terlebih dalam bidang informasi, maka manusia berlomba-lomba untuk mengembangan satelit. Komunikasi dan informasi sendiri memiliki peranan yang penting dalam mempermudah berbagai akses kehidupan manusia.
Sejarah perkembangan satelit di Indonesia sendiri dimulai pada saat Presiden Soeharto membuka Stasiun Bumi Jatiluhur pada 27 September 1969. Pembangunan ini dimaksudkan untuk komunikasi Indonesia dengan negara lain. Pada kurun waktu antara 1970-awal hingga memasuki tahun 1976 dimulai suatu pengembangan lebih lanjut dari proses pembuatan satelit bagi Indonesia. Pada masa tersebut pula terdapat campur tangan Amerika sebagai negara yang turut membantu mengembangkan satelit di Indonesia (Winantyo . 2008 : 59). Beberapa tahun setelah itu, pada 29 Juli 1976, diluncurkan Palapa A1 dengan roket Delta-2149 di Florida, Amerika Serikat. Hal itu kemudian berlanjut pada 16 Agustus 1976 dengan diresmikannya Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) Palapa (Simanjuntak.2004 : 46). Dengan diresmikannya SKSD PALAPA dan diluncurkannya satelit Palapa pada 9 Juli 1976 di Florida dapat dikatakan sebagai langkah awal penggunaan satelit di Indonesia.
Penamaan Palapa pada satelit yang digunakan Indonesia tersebut merujuk pada suatu peristiwa sumpah hamukti palapa oleh Mahapatih Gajah Mada (Tim Nasional Penulisan Sajarah Indonesia. 2010 : 459). Beliau bersumpah tidak akan menikmati buah pala sebelum dapat mempersatukan nusantara. Atas dasar itulah satelit milik Indonesia dinamakan Palapa. Dengan maksud agar dapat menyatukan seluruh wilayah di Nusantara dalam era informasi maupun komunikasi digital seperti saat ini.
Pada 16 Agustus 1976 bersamaan dengan peresmian SKSD PALAPA, menjadi suatu tonggak sejarah era perkembangan telematika di Indonesia dan suatu kebanggan tersendiri, karena Indonesia merupakan negara ke tiga di dunia yang menggunakan satelit sendiri khusus komunikasi setelah Amerika dan Kanada (Suryani.2000 : 31). Memang pada awalnya penggunaan satelit di Indonesia lebih difokuskan pada komunikasi. Mengingat pula Indonesia sendiri merupakan negara kepulauan, yang mungkin pula ditujukan pada suatu konsep wawasan nusantara.
Sesuai dengan tuntutan kebutuhan manusia, maka dalam segi kegunaan atau fungsi, para ilmuan juga terus mengembangkan satelit palapa. Generasi ke dua satelit palapa kemudian diluncurkan kembali pada 11 Maret 1977. Satelit ini dinamakan dengan Palapa A2 (Simanjuntak.2004 : 47). Generasi ke dua dari satelit Palapa ini hanya memiliki fungsi sebagai pendukung dan apabila Palapa A1 mengalami disfungsi pada sirkuit komunikasinya. Umur kedua satelit ini hanyalah delapan tahun saja. Permasalahan ini pula yang menuntut para ilmuan dibidang telematika dan astronomi untuk kemudian mengembangkan lagi satelit palapa selanjutnya.
Sehubungan dengan habisnya masa penggunaan satelit Palapa A1 dan satelit Palapa A2, maka diluncurkan satelit Palapa B1 pada 19 Juni 1983. Cakupan dari satelit B1 ini lebih luas. Yaitu sudah mencakup pada kawasan Asia Tenggara, dibanding generasi Palapa sebelumnya yang hanya mencakup wilayah Indonesia saja (Wahyudi.2001 : 39). Seiring dengan permintaan yang tinggi akan kebutuhan komunikasi, maka satelit Palapa B2 juga diluncurkan pada 3 februari 1984 di Kennedy Sapce Center, Cape Canavarel pada 20.00 WIB. Peluncuran ini mengalami kegagalan, sehingga tidak berhasil mencapai orbitnya. Hal tersebut disebabkan kerusakan pada perigee kick motor (Simanjuntak 2004 : 47). Untuk mengganti Palapa B2, kemudian diluncurkan satelit Palapa B3 yang kemudian dinamai dengan Palapa B2-P (pengganti) yang diluncurkan pada 21 Maret 1987 dengan bantuan roket Delta-3920 (Simanjuntak 2004 : 48).
Peluncuran satelit memang tidak pernah lepas dari penggunaan roket. Dengan pemasangan satelit pada punggung roket atau bagian atas roket. Satelit kemudian melakukan perjalanannya di luar angkasa. Roket kemudian membawa satelit pada sebuah rute berbentuk elips yang juga sudah dikendalikan dari setasiun peluncurannya dibumi . Lintasan seperti itulah yang secara umum menjadi suatu lintasan dalam peluncuran sebuah satelit dengan menggunakan roket. Amerika memang menjadi sebuah negara pengembang roket pada awal era penggunaan satelit di dunia. Maka dari itulah, pada masa awal perkembangan satelit, Amerika menjadi negara pendukung maupun membantu mengembangkan satelit bagi negara-negara lain termasuk Indonesia.
Palapa B yang pernah mengalami kerusakan tersebut, kemudian ditemukan oleh NASA dan dibawa kembali ke bumi. Setelah terjadi perbaikan , satelit tersebut kemudian dibeli oleh PT.Telkom, Tbk (Tim Penyusun. 1997 : 127). Pada April 1990 satelit ini diluncurkan kembali dengan nama B2-R sebagai pengganti dari B1 yang masa penggunaannya sudah habis.
Generasi terakhir dari Satelit Palapa B adalah Palapa B4. Diluncurkan pada 14 Mei 1992. Satelit ini diluncurkan menggunakan roket tiga tingkat dari Launch Pad 17 B Cape Canavarel, Amerika. Setelah B4 diluncurkan, semakin meningkat pula kebutuhan akan jasa telekomunikasi di Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diluncurkan Satelit Palapa C (Simanjuntak. 2004 : 48). Satelit ini diklaim memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah transponder maupun kekuatannya. Satelit ini disebut juga dengan Satelit Palapa C1. Beroperasi selama 3 tahun, dari 13 januari 1996 hingga pertengahan 1999. Satelit yang dikelola oleh Satelindo ini juga pernah disewakan kepada negara Pakistan sebelum akhirnya diambil alih dan menjadi Pakissat. Pada dasarnya berbeda dengan pengelola Satelit lain seperti Perumtel, pengelola dari satelindo lebih banyak melakukan kerjasama maupun jual beli penggunaan satelit dengan negara lain (Tim Penyususn1997 : 139).
Sehubungan dengan pembelian Satelit Palapa C1 oleh Pakistan, maka pada 15 Mei 1996 diorbitkan Satelit Palapa C2. Ini merupakan generasi terakhir juga dari Palapa seri C. Diorbitkan dari Perancis. Setelah beberapa satelit sebelumnya yang diorbitkan dari Amerika, peluncuran satelit ini juga menjadi bukti adanya suatu kerjasama dalam hal telekomunikasi dengan berbagai negara yang tidak hanya terfokus pada Amerika saja. Orbitnya pun dipindahkan dari 113º Bujur Timur ke 105,5º Bujur Timur. Karena kelak 113º Bujur Timur akan ditempati oleh Satelit Palapa D. . Penggeseran ini dimaksudkan untuk memeperluas cakupan dari Satelit Palapa D yang dipersiapkan untuk pemenuhan kebutuhan dalam rangka mewabahnya globalisasi.
Pada 31 Agustus 2009, dalam rangka memepringati Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke-64 , maka diluncurkan Satelit Palapa D pada pukul 16.28 dari Xichang Satellite Launch Center (XSLC) di China. Satelit ini dikelola oleh Indosat yang juga diketahui memiliki banyak kerjasama dengan berbagai negara sebagai mana dijelaskan sebelumnya. Satelit Palapa D memiliki cakupan yang lebih luas dan kekuatan signal yang lebih bila dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Hal tersebut dipersiapkan untuk menghadapi globalisasi dalam berbagai aspek, termasuk teknologi dan komunikasi.
Pada umumnya saluran televisi berbasis Internasional dengan perangkat parabola maupun telepon seluler banyak bergantung pada Satelit Palapa D. Karena suatu fungsi yang sangat vital tersebut maka Temasek selaku perusahaan telekomunikasi Singapura mengambil alih kuasa atas PT.Indosat Satelindo.
Berikut ini ditampilkan data berupa tabel historis secara temporal terkait pengelolaan satelit Palapa dari masa awal pengelolaan hingga habis masa kelola satelit :
Tabel
Satelit Pengelola Tahun
Palapa A1 Perumtel 1976-1983
Palapa A2 Perumtel 1977-1987
Palapa B1 Perumtel 1983-1990
Palapa B2 Perumtel 1984
Palapa B2-P Perumtel 1987-1996
Palapa B2-R Perumtel 1990-2000
Palapa B4 Perumtel 1992-2005
Palapa C1 Satelindo-Indosat 1996-1999
Palapa C2 Satelindo-Indosat 1996-2011
Palapa D Satelindo-Indosat 2009-2024
Berdasar pada keterangan dapat dilihat bahwa perkembangan satelit di Indonesia sudah berlangsung kurang lebih 33 tahun. Dimulai pada 1976 hingga 2009. Walaupun pengembangannya sudah dirintis sejak 1970. Sehingga 1970 digunakan sebagai patokan dalam perihal pengembangan. Hal ini ditandai dengan dibangunnya Stasiun Bumi Jatiluhur pada akhir tahun 1969 atau memasuki awal tahun 1970 (Susilo.2009 : 29-30)
Dampak penggunaan satelit di Indonesia
Berbicara mengenai dampak pasti akan didapati pula dua buah hasil. Pertama dampak positif dan yang kedua ialah dampak negatif. Begitu pula dengan penggunaan satelit di Indonesia. Terlebih dahulu dalam makalah pada bagian 2.2 ini akan dibahas mengenai dampak positif penggunaan satelit di Indonesia. Meskipun secara umum perkembangan maupun penggunaan satelit memberikan dampak positif berupa kemudahan dalam aspek komunikasi, informasi hingga beberapa bidang lain termasuk ekonomi dan militer, penggunaan satelit juga berpotensi menimbulkan dampak negatif.
Seperti diketahui bahwa siaran radio maupun televisi dan telephon membutuhkan satelit sebagai suatu media dalam menyampaikan informasi. Perkembangan Satelit Palapa yang terus dilakukan guna menutupi berbagai kekurangannya, juga berimbas pada perkembangan alat-alat komunikasi seperti televisi, radio, maupun telephon. Itulah salah satu dari sekian dampak dari adanya ataupun digunakannya Satelit Palapa di Indonesia. Pembangunan pada bidang telekomunikasi menjadi semakin maju. Sebagai contoh, dunia pertelevisian Indonesia yang dulunya dipegang oleh sektor pemerintah, kini sudah mulai dipenuhi oleh sektor-sektor swasta (Armando. 2011 : 117). Bahkan dari yang bersekala regional seperti JTV (Jawa Timur Televisi) di wilayah regional Jawa Timur, bersekala nasional seperti SCTV (SURYA CITRA Televisi), ANTV (Andalas Televisi), hingga yang bersekala Internasional seperti Metro TV dan MNC Sport 1 dan 2 milik Media Nusantara Citra. Hal ini tentunya dilatar belakangi oleh semaikin meningkatnya kebutuhan manusia akan informasi, disamping berkembangnya teknologi satelit di Indonesia.
Pada periode sesudah tahun 1990, PT.Telkomlebih banyak melakukan optimisasi penggunaan stasiun bumi. Permintaan lalulintas di kawasan Indonesia timur dapat dipenuhi melalui relokasi stasiun-stasiun bumi dari Jawa atau Sumatra (Rahmandias. 2002 : 71). Saat digunakan untuk lalulintas yang rendah, antena parabola dengan ukuran lebih kecil banyak digunakan demi mengurangi pemakaian tempat selain untuk lebih memudahkan upaya relokasi dan transportasi ke daerah-daerah terpencil. Tambahan lagi, PT.Telkom juga mengganti sistem transmisi satelit analog menjadi sistem digital. Sistem FDM/FM digantikan dengan TDMA Medium Bit Rate dan Low Bit Rate pada awal tahun 1990-an. Sistem TDMA Medium Bit Rate digunakan di keseluruhan 36 stasiun bumi sementara TDMA Low Bit Rate dipakai di 30 stasiun bumi. Pada tahun 1995 suatu sistem digital baru untuk komunikasi point-to-point telah lahir, sehingga PT.Telkom menggantikan hubungan-hubungan dengan lalu lintas tinggi antar kota yang sebelumnya menggunakan TDMA dengan Intermediate Data Rate (dengan kecepatan 2 Mbps). FDMA akhirnya sepenuhnya dihentikan pemakaiannya pada akhir 1996. Untuk keperluan penyiaran televisi, PT.Telkom mulai menggunakan sistem digital MPEG-2 pada tahun 1996, dan kesemua fasilitas distribusi televisi analog pada satelit-satelit PT.Telkom telah selesai didigitalisasikan pada tahun 2000. Dengan demikian, PT.Telkom mampu untuk mengurangi kebutuhan transponder televisi sampai setidaknya dengan kualitas yang sama baiknya bila dibandingkan dengan persyaratan transponder sistem analog (Rahmandias. 2002 : 114).
Dengan Peluncuran Satelit Palapa A1, Indonesia sejatinya menjadi negara pertama untuk kawasan Asia Tenggara yang memiliki dan menggunakan satelit sebagai pemersatu. Untuk itulah pada 2010 sudah digagas pula mengenai ICT Leading Nation. Hal tersebut bertujuan untuk memajukan penggunaan teknologi informasi bagi masyarakat. Tingkat penggunaan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) di Indonesia yang lebih moderat dibandingkan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara, dapat menjadi sebuah potensi untuk mengejar ketertinggalan dalam bidang TIK. Meskipun tingkat penggunaanya masih relative rendah bila dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya seperti Singapura dan Malaysia (Winantiyo.2008 : 166).
Namun dengan tingkat kemajuan dalam perkembangan satelit di kawasan Asia Tenggara, Indonesia dapat dikatakan juga memberikan dampak positif bagi negara-negara Asia Tenggara lainnya. Seperti Filiphina dan Thailand yang menggunakan jasa satelit dari Indonesia untuk keperluan di negerinya masing-masing (Harmoko. 1988 : 369). Dengan demikian tentunya berimbas pula pada pemasukan kas negara dari penyewaan satelit maupun penggunaan secara bersama.
Mempercepat komunikasi dan informasi, merupakan suatu dampak yang sangat menguntungkan dari digunakannya Satelit Palapa di Indonesia. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri pula bahwa saat ini manusia sendiri justru seakan dikuasai oleh teknologi yang dikembangkan oleh manusia. Perkembangan satelit sendiri juga diikuti dengan perkembangan internet. Tidak dipungkiri lagi bahwa keduanya sangat berkaitan. Dalam permasalahan internet sendiri, dewasa ini sangat member dampak yang buruk meskipun ada pula dampak positif lainnya. Mulai dari penipuan dalam transaksi jual beli via on line hingga penyebaran gambar berbau pornografi maupun kekerasan. Hal tersebut ditakutkan akan memberi pengaruh buruk, terutama pada anak-anak, khususnya para pelajar.
Maka dengan kata lain, penggunaan jasa komunikasi satelit yang berdampak pada globalisasi informasi, juga diharapkan mampu memberika pemerataan informasi secara menyeluruh bagi wilayah-wilayah di Indonesia. Perubahan sosial di suatu negara tidak selalu membawa perkembangan positif, namun ada yang negative yang mempengaruhi tingkah laku serta pola pikir masyarakat (Dahlan. 2008 : 663), dimana sudah disinggung pada pembahasan di atas. Hal tersebut menjadi sebuah tantangan bagi Indonesia untuk merekayasa pergeseran nilai zaman tersebut sehingga menjadi cirri bangsa moderat, tanpa mengabaikan nilai dan prisnsip kepribadian bangsa sendiri, yaitu Pancasila.
Kesimpulan
Indonesia merupakan negara pertama di kawasan Asia Tenggara dan ketiga di dunia yang mengembangkan satelit untuk komunikasi. satelit tersebut dinamakan dengan Satelit Palapa yang merujuk pada sumpah dari Maha Patih Gajah Mada untuk dapat mempersatukan seluruh Nusantara. Satelit Palapa sendiri mulai dikembangkan sejak tahun 1970 dan baru diluncurkan pada 1976. Dalam perkembangannya, terjadi beberapa masalah, akan tetapi selalu di upayakan untuk dikembangkan lebih baik lagi. Generasi pertamanya ialah Satelit Palapa seri A, dan generasi terakhir ialah Satelit Palapa seri D. Satelit Palapa seri D diluncurkan pada 2009 dan diperkirakan akan habis masa pakai pada 2024.
Dampak yang dirasakan dari penggunaan satelit di Indonesia sangat besar. Dengan menggunakan jasa satelit, siaran televise, radio, telephon, hingga internet dapat terakses dan tersebar luas kepada masyarakat. Akan tetapi disamping dampak positif, adapula dampak negative. Yaitu merebaknya tayangan kekerasan dan pornografi ditelevisi yang ditakutkan dapat mengganggu perkembangan anak-anak terutama pelajar. Maka dari itu diharapkan ada upaya pemanfaatan teknologi secara optimal dan positif.
0 komentar: