Nabi Muhammad adalah nabi akhir zaman
sebab sesudah beliau sudah tidak ada lagi orang yang ditunjuk Allah
sebagai nabi. Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul
Mutholib. Sedangkan ibunya bernama Aminah binti Wahab.
1. Kelahiran Nabi Muhammad
Di saat umat dalam kegelapan dan kehilangan pegangan hidupnya, maka Allah menurunkan seorang nabi yang akan menjadi panutan semua insan.
Nabi Muhammad lahir bersamaan dengan serbuan tentara Abraham yang menggunakan gajah sebagai tungganggannya. Sehingga tahun kelahiran nabi Muhammad disebut dengan tahun Gajah. Beliau lahir tanggal 12 Rabi'ul Awal tahun gajah atau 20 April tahun 571 M.
Dinamakan tahun gajah bersamaan dengan lahirnya nabi Muhammad karena Ka'bah yang telah dibangun nabi Ibrahim dan putranya hendak diratakan dengan tanah oleh pasukan Abraham. Mereka mengendarai gajah sebab tenaganya sangat kuat.
Abraham adalah gubernur dari kerajaan Nasrani Abessinia yang memerintahkan negeri Yaman. Mereka bermaksud. menghancurkan Ka'bah karena beranggapan tempat itu menjadi pusat perhatian umat seluruh dunia. Namun maksud tidak pernah tercapai sebab Allah menghancurkan pasukan Abraha dengan mengirimkan burung Ababil. Burung ini melempari pasukan Abraha dengan batu yang menyala-nyala sehingga tiada satupun yang hidup. Begitulah Allah menjaga Ka'bah dari kehancuran yang disebabkan oleh tangan-tangan jahil.
Ketika nabi Muhammad lahir ia sudah tidak mempunyai ayah lagi sebab meninggal ketika dirinya masih berada dalam kandungan. Sehingga beliau menjadi anak yatim Meskipun demikian beliau sangat disayangi kakeknya Abdul Muthalib.
Sudah menjadi tradisi bagi orang-orang Mekkah jika mempunyai anak, maka orang tuanya akan mencarikan penggantinya (ibu susuan). Kebetulan waktu itu ada seorang perempuan dari dusun yang menawarkan jasanya untuk memelihara nabi Muhammad. Setelah semua keluarga menyetujui akhimya nabi Muhammad dibawa pulang perempuan itu. Ibu susuan nabi Muhammad yang memeliharanya dari bayi hingga berumur empat tahun itu ialah Halimatus Sa'diyah.
Selama dipelihara oleh Halimatus Sa'diyah nabi Muhammad tumbuh dengan cepat. Selama dua tahun beliau sudah dapat berbicara. Ada hal lain yang menggembirakan hati Halimatus Sa'diyah ketika merawat nabi Muhammad, sebab semua kebutuhan tercukupi. Ternaknya menjadi banyak dan sawah ladangnya sangat subur.
Menurut perjanjian yang telah disepakati bersama antara Halimatus Sa'diyah dengan keluarga nabi Muhammad dalam pemeliharaannya hanyalah dua tahun. Namun setelah ibu susuannya mengetahui bahwa nabi Muhammad membawa berkah dalam kehidupannya, maka ia meminta lagi selama dua tahun. Dengan demikian nabi Muhammad dipelihara oleh Halimatus Sa'diyah selama empat tahun.
2. Cobaan Nabi Muhammad
Ketika nabi Muhammad menginjak usianya yang kelima tahun, maka Halimatus Sa'diyah mengantarkan pada orang tua beliau. Setahun kemudian nabi Muhammad diajak ibunya (Aminah) ke Madinah dengan tujuan untuk memperkenalkan pada keluarganya yang berada di sana. Tujuan lainnya ialah untuk berziarah ke makam ayahnya (Abdullah).
Setelah sebulan berada di Madinah, mereka kembali lagi ke Mekkah karena nabi Muhammad sudah mengetahui pusara ayahnya dan keluarganya.
Namun sebelum sampai tujuan, tepatnya di daerah Abwa' tiba-tiba ibunya sakit mendadak dan meninggal. Bisa dibayangkan bagaimana hancurnya hati nabi Muhammad menerima ujian itu. Ibunya yang baru saja berkumpul dengan dirinya telah meninggalkan untuk selamanya. Jenazah ibunya dimakamkan di daerah itu juga.
Setelah selesai pemakaman beliau meneruskan perjalanan ke Mekkah. Nabi Muhammad menceritakan semua peristiwa yang dialaminya itu pada kakeknya. Akhirnya Abdul Muthalib yang bertanggung jawab memelihara dan mendidik beliau. Beliau dididik dengan ilmu agama sebagai bekal di hari tuanya kelak.
Abdul Muthalib termasuk orang yang disegani oleh kaum Guraisy. Dengan demikian nabi Muhammad juga ikut disegani oleh mereka. Nabi Muhammad mendapatkan kebahagiaan tersendiri ketika diasuh kakeknya, sebab beliau mendapatkan perhatian dan kasih sayang.
Namun tidak lama kemudian kakeknya meninggal dunia. Ketika itu usia nabi Muhammad masih 8 tahun. Sungguh pedih hatinya, sebab tiada lagi orang yang dapat menolong, melindungi dan mengasihinya. Meskipun demikian nabi Muhammad tetap tabah menghadapi cobaan yang beruntun itu.
Kematian kakeknya bukan hanya dirasakan oleh nabi Muhammad, namun seluruh penduduk Mekkah merasa kehilangan. Sebab beliau adalah orang yang berjiwa bijaksana dan merupakan pemimpin yang arif.
Setelah kematian kakeknya, nabi Muhammad diasuh oleh pamannya yakni Abu Thalib. Hal ini disebabkan pamannya sudah mendapat wasiat dari kakeknya untuk memelihara nabi Muhammad sepeninggalnya.
Selama ikut kakek dan pamannya, nabi Muhammad memperlihatkan perbuatannya yang terpuji. Beliau tidak pernah berbohong dan tidak pernah melakukan perbuatan yang menjurus kemaksiatan. Beliau juga ringan tangan.
3. Nabi Muhammad Ikut Berniaga
Setelah kematian kakeknya, maka beliau diasuh oleh Abu Thalib pamannya. Abu Thalib mempunyai pekerjaan berdagang. Dengan demikian nabi Muhammad juga ikut menjual barang-barang dagangan pamannya. Mereka menjual barang-barangnya di kota Syam.
Ada pengalaman yang tak dilupakan oleh pamannya ketika mengajarkan Muhammad berniaga. Ketika itu terik matahari menyengat kulit, namun ada sekelompok mendung yang menaungi nabi Muhammad. Kemana nabi Muhammad melangkah maka mendung itu tetap di atas kepalanya. Melihat hal ini Abu Thalib menjadi lebih senang pada beliau. Abu Thalib berkeyakinan bahwa Muhammad adalah seorang anak yang mempunyai kelebihan.
Ketika mereka berjualan di kota Busro, bertemulah ia dengan seorang pendeta Nasrani yang alim. Pendeta ini mengetahui sesuatu sebelum terjadi. Artinya ia dapat melihat hal-hal kenabian yang ada pada diri Muhammad.
" Hai Abu Thalib, cepatlah kalian pulang. Sebab aku melihat tanda-tanda kenabian pada diri anakmu Muhammad, "kata pendeta itu dengan sungguh-sungguh. la memandang nabi Muhammad dengan tidak berkedip sedikitpun. Pendeta itu merasa khawatir akan keselamatan nabi Muhammad jika sampai berjumpa dengan kaum Yahudi. Mereka pasti membinasakannya. Untuk itulah nabi Muhammad diajak pulang kembali ke Makkah dan disuruh menggembala kambing milik keluarganya. Abu Thalib percaya dengan ucapan pendeta "Buhairah".
Ketika beliau diajak berniaga dengan pamannya berumur 12 tahun. Dan jualannya selalu laris sehingga mereka tidak perlu lama-lama menjual barang dagangannya. Hal ini disebabkan oleh kejujuran nabi Muhammad dalam menawarkan barang dagangannya
4. Nabi Muhammad Menyaksikan Perang Fijar
Peperangan ini terjadi di daerah suci dan pada bulan suci yakni bulan Dzul Qa'idah. Perang ini disaksikan nabi Muhammad ketika berusia 15 tahun. Dinamakan perang Fijar sebab terjadinya pada tempat dan bulan suci.
Pihak-pihak yang bersengketa ialah suku Guraisy bergabung dengan Kainanah melawan suku Qais 'Ailan. Nabi Muhammad yang mengetahui terjadinya perang ini tidak tinggal diam. Beliau membantu pamannya dengan memberikan keperluan perang.
Setelah banyak memakan korban dari kedua belah pihak, akhirnya mereka mengadakan perdamaian. Sebab pada bulan suci itu tidak dibenarkan untuk saling membunuh. Ini salah satu tradisi bangsa Arab.
Ketika perjanjian itu dilaksanakan hadir pula nabi Muhammad dan pamannya, Abu Thalib. Beliau meriwayatkan perdamaian itu pada sahabat-sahabatnya ketika sudah menjadi rasul. Sabdanya:
" Aku telah menghadiri perjanjian damai bersama orang banyak di rumah Abdullah bin Ju'adan. Aku sangat menyenangi hal itu, sama halnya aku menyenangi onta merah. Jika aku diajak berunding dalam Islam niscaya aku menerima".
5. Nabi Muhammad Menjual Dagangan Siti Khodijah
Setelah nabi Muhammad beranjak dewasa, beliau ingin berusaha sendiri dalam penghidupannya. Beliau tidak mau lagi menggantungkan hidupnya pada Abu Thalib, pamannya. Untuk itulah beliau meminta izin pada pamannya agar diperbolehkan mencari nafkah sendiri.
Karena sejak kecil beliau mempunyai sifat jujur, maka memudahkannya dalam mencari pekerjaan. Beliau diterima pada salah seorang janda kaya raya namanya Siti Khadijah. Beliau dipercayai untuk menjual barang dagangannya dengan ditemani Maisaroh. Dalam waktu singkat semua barang dagangannya terjual habis dengan keuntungan yang menyenangkan.
Betapa gembira hati Siti Khadijah mendengar berita itu. Sebab…
Baca bagian dua [Disini]
Baca bagian tiga [Disini]
Baca bagian empat [Disini]
(http://sejarahkisahnabi.blogspot.com)
Di saat umat dalam kegelapan dan kehilangan pegangan hidupnya, maka Allah menurunkan seorang nabi yang akan menjadi panutan semua insan.
Nabi Muhammad lahir bersamaan dengan serbuan tentara Abraham yang menggunakan gajah sebagai tungganggannya. Sehingga tahun kelahiran nabi Muhammad disebut dengan tahun Gajah. Beliau lahir tanggal 12 Rabi'ul Awal tahun gajah atau 20 April tahun 571 M.
Dinamakan tahun gajah bersamaan dengan lahirnya nabi Muhammad karena Ka'bah yang telah dibangun nabi Ibrahim dan putranya hendak diratakan dengan tanah oleh pasukan Abraham. Mereka mengendarai gajah sebab tenaganya sangat kuat.
Abraham adalah gubernur dari kerajaan Nasrani Abessinia yang memerintahkan negeri Yaman. Mereka bermaksud. menghancurkan Ka'bah karena beranggapan tempat itu menjadi pusat perhatian umat seluruh dunia. Namun maksud tidak pernah tercapai sebab Allah menghancurkan pasukan Abraha dengan mengirimkan burung Ababil. Burung ini melempari pasukan Abraha dengan batu yang menyala-nyala sehingga tiada satupun yang hidup. Begitulah Allah menjaga Ka'bah dari kehancuran yang disebabkan oleh tangan-tangan jahil.
Ketika nabi Muhammad lahir ia sudah tidak mempunyai ayah lagi sebab meninggal ketika dirinya masih berada dalam kandungan. Sehingga beliau menjadi anak yatim Meskipun demikian beliau sangat disayangi kakeknya Abdul Muthalib.
Sudah menjadi tradisi bagi orang-orang Mekkah jika mempunyai anak, maka orang tuanya akan mencarikan penggantinya (ibu susuan). Kebetulan waktu itu ada seorang perempuan dari dusun yang menawarkan jasanya untuk memelihara nabi Muhammad. Setelah semua keluarga menyetujui akhimya nabi Muhammad dibawa pulang perempuan itu. Ibu susuan nabi Muhammad yang memeliharanya dari bayi hingga berumur empat tahun itu ialah Halimatus Sa'diyah.
Selama dipelihara oleh Halimatus Sa'diyah nabi Muhammad tumbuh dengan cepat. Selama dua tahun beliau sudah dapat berbicara. Ada hal lain yang menggembirakan hati Halimatus Sa'diyah ketika merawat nabi Muhammad, sebab semua kebutuhan tercukupi. Ternaknya menjadi banyak dan sawah ladangnya sangat subur.
Menurut perjanjian yang telah disepakati bersama antara Halimatus Sa'diyah dengan keluarga nabi Muhammad dalam pemeliharaannya hanyalah dua tahun. Namun setelah ibu susuannya mengetahui bahwa nabi Muhammad membawa berkah dalam kehidupannya, maka ia meminta lagi selama dua tahun. Dengan demikian nabi Muhammad dipelihara oleh Halimatus Sa'diyah selama empat tahun.
2. Cobaan Nabi Muhammad
Ketika nabi Muhammad menginjak usianya yang kelima tahun, maka Halimatus Sa'diyah mengantarkan pada orang tua beliau. Setahun kemudian nabi Muhammad diajak ibunya (Aminah) ke Madinah dengan tujuan untuk memperkenalkan pada keluarganya yang berada di sana. Tujuan lainnya ialah untuk berziarah ke makam ayahnya (Abdullah).
Setelah sebulan berada di Madinah, mereka kembali lagi ke Mekkah karena nabi Muhammad sudah mengetahui pusara ayahnya dan keluarganya.
Namun sebelum sampai tujuan, tepatnya di daerah Abwa' tiba-tiba ibunya sakit mendadak dan meninggal. Bisa dibayangkan bagaimana hancurnya hati nabi Muhammad menerima ujian itu. Ibunya yang baru saja berkumpul dengan dirinya telah meninggalkan untuk selamanya. Jenazah ibunya dimakamkan di daerah itu juga.
Setelah selesai pemakaman beliau meneruskan perjalanan ke Mekkah. Nabi Muhammad menceritakan semua peristiwa yang dialaminya itu pada kakeknya. Akhirnya Abdul Muthalib yang bertanggung jawab memelihara dan mendidik beliau. Beliau dididik dengan ilmu agama sebagai bekal di hari tuanya kelak.
Abdul Muthalib termasuk orang yang disegani oleh kaum Guraisy. Dengan demikian nabi Muhammad juga ikut disegani oleh mereka. Nabi Muhammad mendapatkan kebahagiaan tersendiri ketika diasuh kakeknya, sebab beliau mendapatkan perhatian dan kasih sayang.
Namun tidak lama kemudian kakeknya meninggal dunia. Ketika itu usia nabi Muhammad masih 8 tahun. Sungguh pedih hatinya, sebab tiada lagi orang yang dapat menolong, melindungi dan mengasihinya. Meskipun demikian nabi Muhammad tetap tabah menghadapi cobaan yang beruntun itu.
Kematian kakeknya bukan hanya dirasakan oleh nabi Muhammad, namun seluruh penduduk Mekkah merasa kehilangan. Sebab beliau adalah orang yang berjiwa bijaksana dan merupakan pemimpin yang arif.
Setelah kematian kakeknya, nabi Muhammad diasuh oleh pamannya yakni Abu Thalib. Hal ini disebabkan pamannya sudah mendapat wasiat dari kakeknya untuk memelihara nabi Muhammad sepeninggalnya.
Selama ikut kakek dan pamannya, nabi Muhammad memperlihatkan perbuatannya yang terpuji. Beliau tidak pernah berbohong dan tidak pernah melakukan perbuatan yang menjurus kemaksiatan. Beliau juga ringan tangan.
3. Nabi Muhammad Ikut Berniaga
Setelah kematian kakeknya, maka beliau diasuh oleh Abu Thalib pamannya. Abu Thalib mempunyai pekerjaan berdagang. Dengan demikian nabi Muhammad juga ikut menjual barang-barang dagangan pamannya. Mereka menjual barang-barangnya di kota Syam.
Ada pengalaman yang tak dilupakan oleh pamannya ketika mengajarkan Muhammad berniaga. Ketika itu terik matahari menyengat kulit, namun ada sekelompok mendung yang menaungi nabi Muhammad. Kemana nabi Muhammad melangkah maka mendung itu tetap di atas kepalanya. Melihat hal ini Abu Thalib menjadi lebih senang pada beliau. Abu Thalib berkeyakinan bahwa Muhammad adalah seorang anak yang mempunyai kelebihan.
Ketika mereka berjualan di kota Busro, bertemulah ia dengan seorang pendeta Nasrani yang alim. Pendeta ini mengetahui sesuatu sebelum terjadi. Artinya ia dapat melihat hal-hal kenabian yang ada pada diri Muhammad.
" Hai Abu Thalib, cepatlah kalian pulang. Sebab aku melihat tanda-tanda kenabian pada diri anakmu Muhammad, "kata pendeta itu dengan sungguh-sungguh. la memandang nabi Muhammad dengan tidak berkedip sedikitpun. Pendeta itu merasa khawatir akan keselamatan nabi Muhammad jika sampai berjumpa dengan kaum Yahudi. Mereka pasti membinasakannya. Untuk itulah nabi Muhammad diajak pulang kembali ke Makkah dan disuruh menggembala kambing milik keluarganya. Abu Thalib percaya dengan ucapan pendeta "Buhairah".
Ketika beliau diajak berniaga dengan pamannya berumur 12 tahun. Dan jualannya selalu laris sehingga mereka tidak perlu lama-lama menjual barang dagangannya. Hal ini disebabkan oleh kejujuran nabi Muhammad dalam menawarkan barang dagangannya
4. Nabi Muhammad Menyaksikan Perang Fijar
Peperangan ini terjadi di daerah suci dan pada bulan suci yakni bulan Dzul Qa'idah. Perang ini disaksikan nabi Muhammad ketika berusia 15 tahun. Dinamakan perang Fijar sebab terjadinya pada tempat dan bulan suci.
Pihak-pihak yang bersengketa ialah suku Guraisy bergabung dengan Kainanah melawan suku Qais 'Ailan. Nabi Muhammad yang mengetahui terjadinya perang ini tidak tinggal diam. Beliau membantu pamannya dengan memberikan keperluan perang.
Setelah banyak memakan korban dari kedua belah pihak, akhirnya mereka mengadakan perdamaian. Sebab pada bulan suci itu tidak dibenarkan untuk saling membunuh. Ini salah satu tradisi bangsa Arab.
Ketika perjanjian itu dilaksanakan hadir pula nabi Muhammad dan pamannya, Abu Thalib. Beliau meriwayatkan perdamaian itu pada sahabat-sahabatnya ketika sudah menjadi rasul. Sabdanya:
" Aku telah menghadiri perjanjian damai bersama orang banyak di rumah Abdullah bin Ju'adan. Aku sangat menyenangi hal itu, sama halnya aku menyenangi onta merah. Jika aku diajak berunding dalam Islam niscaya aku menerima".
5. Nabi Muhammad Menjual Dagangan Siti Khodijah
Setelah nabi Muhammad beranjak dewasa, beliau ingin berusaha sendiri dalam penghidupannya. Beliau tidak mau lagi menggantungkan hidupnya pada Abu Thalib, pamannya. Untuk itulah beliau meminta izin pada pamannya agar diperbolehkan mencari nafkah sendiri.
Karena sejak kecil beliau mempunyai sifat jujur, maka memudahkannya dalam mencari pekerjaan. Beliau diterima pada salah seorang janda kaya raya namanya Siti Khadijah. Beliau dipercayai untuk menjual barang dagangannya dengan ditemani Maisaroh. Dalam waktu singkat semua barang dagangannya terjual habis dengan keuntungan yang menyenangkan.
Betapa gembira hati Siti Khadijah mendengar berita itu. Sebab…
Baca bagian dua [Disini]
Baca bagian tiga [Disini]
Baca bagian empat [Disini]
(http://sejarahkisahnabi.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar