Anggota filum Platyhelminthes tidak memilki rongga tubuh dan terdiri atas tiga
lapisan tubuh (triploblastik). Oksigen berdifusi secara langsung melalui kulit.
Demikian juga karbon dioksida, berdifusi dari tubuh langsung ke
lingkungannya.
Cacing pipih adalah hewan primitif yang sudah dapat dibedakan bagian
kepalanya. Tubuhnya simetri bilateral. Hewan ini memiliki sensor yang berada di
bagian ujung anterior dan dapat merespons perubahan lingkungan dengan cepat.
Dengan sensor cahaya dan kimiawi, hewan ini dapat bergerak menuju sumber makanan
berada.
Sel-sel saraf Platyhelminthes terkonsentrasi di organ sensor yang terletak di
bagian tepi tubuhnya. Sel-sel saraf menerima informasi dari organ sensornya dan
mengirim informasi tersebut ke bagian lain dari tubuh. Sistem saraf
Platyhelminthes membentuk sistem saraf tipe tangga tali dan memiliki ganglion
otak yang terletak di anterior. Filum Platyhelminthes dapat dikelompokkan dalam
beberapa kelas, antara lain Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda.
Filum Platyhelminthes bereproduksi secara aseksual dan seksual. Anggotanya
termasuk hermafrodit. Reproduksi aseksual terjadi secara fragmentasi dan secara
seksual terjadi dengan penyatuan sperma dan ovum.
a. Kelas Turbellaria
Turbellaria umumnya hidup bebas di air asin dan air tawar. Salah satu
contohnya, yaitu planaria (Dugesia sp.) yang hidup di aliran sungai dan dasar
danau. Planaria biasanya memiliki panjang 1–2 cm. Planaria seperti kebanyakan
Turbellaria lainnya, hidup bebas dan bukan parasit.
Planaria memakan protista dan hewan-hewan kecil lainnya. Planaria memakan
mangsanya menggunakan faring. Faring memecah makanan dan mendorongnya masuk ke
lambung. Umumnya planaria melakukan reproduksi seksual, meskipun memiliki dua
jenis alat kelamin (hermafrodit).
Bentuk tubuh planaria |
Planaria tidak melakukan pembuahan sendiri sehingga tetap membutuhkan
planaria lainnya. Kadangkala, planaria bereproduksi secara aseksual. Planaria
dapat membelah menjadi dua. Setiap belahan akan tumbuh menjadi cacing dewasa.
Setiap planaria tersebut memiliki kemampuan untuk beregenerasi. Adapun
reproduksi seksualnya terjadi fertilisasi secara silang antara planaria satu dan
planaria yang lain.
b. Kelas Trematoda
Trematoda dikenal juga sebagai cacing pipih yang parasit. Trematoda
memiliki organ dan sistem organ yang mirip dengan Turbellaria. Kebanyakan
Trematoda hidup parasit. Permukaan tubuh Trematoda dilindungi oleh kutikula.
Kutikula melindungi Trematoda dari enzim penghancur yang dikeluarkan oleh
organisme inang. Selain itu, Trematoda memiliki alat isap (sucker) yang
berfungsi sebagai pengisap cairan tubuh inangnya. Trematoda menyerap makanan
yang sudah dicerna dari usus inang.
Meskipun Trematoda merupakan cacing hermafrodit, namun tetap harus melakukan
fertilisasi silang. Fasciola hepatica merupakan contoh Trematoda yang cukup
dikenal. Cacing parasit umumnya memerlukan lebih dari satu inang dalam siklus
hidupnya.
Siklus hidup fasciola hepatica. |
Siklus hidup cacing hati kambing, dimulai ketika cacing dewasa bereproduksi
secara seksual dan melepaskan telurnya bersama feses kambing. Jika telur sampai
ke kolam atau danau, telur-telur akan menetas menjadi larva mirasidium. Dalam 8
jam, larva-larva tersebut harus menemukan inang sementara, yaitu siput. Larva
akan masuk ke dalam tubuh siput dan tumbuh menjadi sporokis. Sporokis berkembang
menjadi redia atau larva II secara partenogenesis (perkembangan menjadi individu
baru tanpa dibuahi).
Redia bermetamorfosis menjadi serkaria. Kemudian, serkaria akan keluar dari
tubuh siput dan menempel di rerumputan membentuk metaserkaria (kista) yang mampu
hidup beberapa bulan. Jika termakan kambing atau ternak, kista akan pecah dan
larva masuk ke usus. Setelah itu larva menembus usus menuju hati, kemudian
tumbuh dan berkembang biak menghasilkan telur.
Anggota kelas Trematoda lainnya adalah Schistosoma, Chlonorchis sinensis,
Fasciliopsis buski, dan Parahonimus westermani. Semuanya merupakan parasit dan
memiliki inang tetap maupun sementara.
c. Kelas Cestoda (Cacing Pita)
Cestoda atau cacing pita merupakan cacing berbentuk
pipih yang hidup parasit. Di kepala cacing pita terdapat kait yang mengait pada
usus organisme inang. Tidak seperti cacing lainnya, cacing pita memiliki tubuh
yang terbagibagi menjadi beberapa bagian yang disebut proglotid. Cacing pita
terus membuat proglotid-proglotid baru di belakang kepalanya. Proglotid adalah
calon individu baru, sama dengan satu individu yang utuh. Cacing pita bervariasi
dalam hal panjang dan banyaknya proglotid. Beberapa cacing pita memiliki ribuan
proglotid.
Siklus hidup taenia solium. |
Siklus hidup cacing pita mirip dengan cacing pipih. Mereka melibatkan satu,
dua, atau tiga organisme inang. Beberapa cacing pita pada manusia dapat
ditularkan melalui daging babi atau daging sapi yang terinfeksi atau tidak
dimasak dengan baik. Daging-daging tersebut mengandung larva cacing pita.
Contoh cacing pita yang biasa dikenal adalah Taenia solium dan Taenia
saginata. Larva Taenia solium hidup di tubuh babi, sedangkan larva Taenia
saginata hidup di tubuh sapi.
Sumber : http://biologi-indonesia.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar