Profil
Nama Resmi | : | Provinsi Sulawesi Tenggara |
Ibukota | : | Kendari |
Luas Wilayah | : | 38.067,70 Km2 *) |
Jumlah Penduduk | : | 2.508.050 Jiwa *) |
Suku Bangsa | : | Buton, Muna, Bugis, Kalisoso, Toraja, Moronene, Tolaki, Wolio, Wowonii. |
Agama | : | Islam, Kristen, Katolik |
Wilayah Administrasi | : | Kab.: 10, Kota : 2, Kec.: 204, Kel.: 345, Desa : 1.626 *) |
Lagu Daerah | : | Peia Tawa-tawa |
Website: | : | http://www.sultraprov.go.id
*) Sumber : Permendagri Nomor 66 Tahun 2011
|
Sejarah
Seperti
daerah-daerah lainnya di Indonesia, Sulawesi Tenggara memiliki
perjalanan sejarah yang panjang dan tidak dapat dilepaskan dari sejarah
Indonesia secara keseluruhan.Tonggak terpenting dalam sejarah Sulawesi
Tenggara pada abad ke 10 Suku Konawe mendirikan sebuah kerajaan yang
terkenal yaitu Kerajaan Konawe yang diikuti oleh beberapa Kerajaan di
Sulawesi Tenggara.
Pada
tanggal 5 Januari 1613, Belanda menginjakkan kaki untuk pertama kali di
daratan Buton dan mendapat perlawanan yang gigih dari rakyat Sulawesi
Tenggara.
Arti Logo
Padi Kapas melambangkan kemakmuran.
Mata Rantai melambangkan kesatuan dan persatuan.
Kepala Anoa melambangkan kekayaan alam dan kebanggaan
daerah.
Perisai Segi Lima melambangkan Pancasila.
Nilai Budaya
Masyarakat
Sulawesi Tenggara masih ada yang mempercayai makhluk halus yang tinggal
di sekitar alam tempat tinggal manusia seperti di pohon-pohon besar,
gua-gua, hutan dan sebagainya.
Juga
dikenal adanya kekuatan sakti yang dapat membuat seseorang dapat
melakukan hal-hal yang luar biasa. Kekuatan gaib yang diyakini
masyarakat di Sulawesi Tenggara antara lain Doti
(sihir) yaitu kekuatan gaib yang dapat digunakan untuk mencelakakan
orang lain dengan melalui media angin, cahaya, dan udara.
Upacara adat yang berhubungan dengan aktivitas hidup sehari-hari antara lain : Monahue Ndau
merupakan upacara yang dilakukan setelah panen padi mengambil tempat di
lapangan terbuka dengan mendirikan rumah-rumah kecil untuk
menggantungkan kendang (okanda),
Motasu
merupakan tradisi suku Tolaki yang dilaksanakan dalam rangka pembukaan
ladang baru, dan ditujukan kepada dewi kesuburan (songgo leombae),
Ghoti katumpu merupakan upacara adat masyarakat Muna yang dilakukan pada permulaan pembukaan hutan dan adapula yang dilakukan setelah panen.
Falsafah Hidup masyarakat Setempat :
Binci-Binciku Kuli, Balimo Karo Sumanomo Lipu, artinya cubitlah diri sendiri sebelum mencubit orang lain, mementingkan kepentingan negeri daripada kepentingan pribadi.
Hansuru-Hansuru Mbadha Sumanomo Konohansuru Liwu, Hansuru-Hansuru Adhati Sumanomo Kono Hansuru Agama,
artinya biar hancur badan asal jangan hancur negeri, biar hancur negeri
jangan hancur adat, biar hancur adat jangan hancur agama.
Sumber : Kemendagri.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar