Profil
Nama Resmi | : | Kabupaten Mamuju Tengah |
Ibukota Provinsi | : | Tobadak |
Luas Wilayah | : | 3.014,37 Km2 |
Jumlah Penduduk | : | 154.606 Jiwa |
Suku Bangsa | : | Mandar (49,15%), Toraja (13,95%), Bugis (10,79%), Jawa (5,38%), Makassar (1,59%) dan lainnya (19,15%). |
Batas Wilayah | : | Bujur Timur, yang berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Tengah di sebelah utara dan selat Makassar si sebelah barat. Batas sebelah selatan dan timur adalah propinsi Sulawesi Selatan. |
Wilayah Administrasi | : | Kec.: 5, Kel.: 56 |
Website | : |
Sejarah
Bertolak dari semangat "Allamungan Batu di Luyo" yang mengikat Mandar dalam perserikatan "Pitu Ba'bana Binanga dan Pitu Ulunna Salu" dalam sebuah muktamar yang melahirkan "Sipamandar"
(saling memperkuat) untuk bekerja sama dalam membangun Mandar, dari
semangat inilah maka sekitar tahun 1960 oleh tokoh masyarakat Manda yang
ada di Makassar yaitu antara lain : H. A. Depu, Abd. Rahman Tamma, Kapten Amir, H. A. Malik, Baharuddin Lopa, SH. dan Abd. Rauf
mencetuskan ide pendirian Provinsi Mandar bertempat di rumah Kapten
Amir, dan setelah Sulawesi Tenggara memisahkan diri dari Provinsi Induk
yang saat itu bernama Provinsi Sulawesi Selatan dan Tenggara (Sulselra).
Ide pembentukan Provinsi Mandar diubah menjadi rencana pembentukan Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) dan ini tercetus di rumah H. A. Depu di Jl. Sawerigading No. 2 Makassar, kemudian sekitar tahun 1961 dideklarasikan di Bioskop Istana (Plaza) Jl. Sultan Hasanuddin Makassar dan perjuangan tetap dilanjutkan sampai pada masa Orde Baru perjuangan tetap berjalan namun selalu menemui jalan buntu yang akhirnya perjuangan ini seakan dipeti-es-kan sampai pada masa Reformasi barulah perjuangan ini kembali diupayakan oleh tokoh masyarakat Mandar sebagai pelanjut perjuangan generasi lalu yang diantara pencetus awal hanya H. A. Malik yang masih hidup, namun juga telah wafat dalam perjalanan perjuangan dan pada tahun 2000 yang lalu dideklarasikan di Taman Makam Pahlawan Korban 40.000 jiwa di Galung Lombok kemudian dilanjutkan dengan Kongres I Sulawesi Barat yang pelaksanaannya diadakan di Majene dengan mendapat persetujuan dan dukungan dari Bupati dan Ketua DPRD Kab. Mamuju, Kab. Majene dan Kab. Polmas.
Tuntutan memisahkan diri dari Sulsel sebagaiman diatas sudah dimulai masyarakat di wilayah Eks Afdeling Mandar sejak sebelum Indonesia merdeka. Setelah era reformasi dan disahkannya UU Nomor 22 Tahun 1999 kemudian menggelorakan kembali perjuangan masyarakat di tiga kabupaten, yakni Polewali Mamasa, Majene, dan Mamuju untuk menjadi provinsi.
Sejak tahun 2005, tiga kabupaten (Majene, Mamuju dan Polewali-Mamasa) resmi terpisah dari Propinsi Sulawesi Selatan menjadi Propinsi Sulawesi Barat, dengan ibukota Propinsi di kota Mamuju. Selanjutnya, Kabupaten Polewali-Mamasa juga dimekarkan menjadi dua kabupaten terpisah (Kabupaten Polewali dan Kabupaten Mamasa).
Untuk jangka waktu cukup lama, daerah ini sempat menjadi salah satu daerah yang paling terisolir atau ‘yang terlupakan’ di Sulawesi Selatan.
Ada beberapa faktor penyebabnya, antara lain, yang terpenting:
Ide pembentukan Provinsi Mandar diubah menjadi rencana pembentukan Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) dan ini tercetus di rumah H. A. Depu di Jl. Sawerigading No. 2 Makassar, kemudian sekitar tahun 1961 dideklarasikan di Bioskop Istana (Plaza) Jl. Sultan Hasanuddin Makassar dan perjuangan tetap dilanjutkan sampai pada masa Orde Baru perjuangan tetap berjalan namun selalu menemui jalan buntu yang akhirnya perjuangan ini seakan dipeti-es-kan sampai pada masa Reformasi barulah perjuangan ini kembali diupayakan oleh tokoh masyarakat Mandar sebagai pelanjut perjuangan generasi lalu yang diantara pencetus awal hanya H. A. Malik yang masih hidup, namun juga telah wafat dalam perjalanan perjuangan dan pada tahun 2000 yang lalu dideklarasikan di Taman Makam Pahlawan Korban 40.000 jiwa di Galung Lombok kemudian dilanjutkan dengan Kongres I Sulawesi Barat yang pelaksanaannya diadakan di Majene dengan mendapat persetujuan dan dukungan dari Bupati dan Ketua DPRD Kab. Mamuju, Kab. Majene dan Kab. Polmas.
Tuntutan memisahkan diri dari Sulsel sebagaiman diatas sudah dimulai masyarakat di wilayah Eks Afdeling Mandar sejak sebelum Indonesia merdeka. Setelah era reformasi dan disahkannya UU Nomor 22 Tahun 1999 kemudian menggelorakan kembali perjuangan masyarakat di tiga kabupaten, yakni Polewali Mamasa, Majene, dan Mamuju untuk menjadi provinsi.
Sejak tahun 2005, tiga kabupaten (Majene, Mamuju dan Polewali-Mamasa) resmi terpisah dari Propinsi Sulawesi Selatan menjadi Propinsi Sulawesi Barat, dengan ibukota Propinsi di kota Mamuju. Selanjutnya, Kabupaten Polewali-Mamasa juga dimekarkan menjadi dua kabupaten terpisah (Kabupaten Polewali dan Kabupaten Mamasa).
Untuk jangka waktu cukup lama, daerah ini sempat menjadi salah satu daerah yang paling terisolir atau ‘yang terlupakan’ di Sulawesi Selatan.
Ada beberapa faktor penyebabnya, antara lain, yang terpenting:
Jaraknya yang cukup jauh dari ibukota propinsi (Makassar);
kondisi geografisnya yang bergunung-gunung dengan prasarana jalan yang buruk;
mayoritas
penduduknya (etnis Mandar, dan beberapa kelompok sub-etnik kecil
lainnya) yang lebih egaliter, sehingga sering berbeda sikap dengan
kelompok etnis mayoritas dan dominan (Bugis dan Makassar) yang lebih
hierarkis (atau bahkan feodal) – pada awal tahun 1960an, sekelompok
intelektual muda Mandar pimpinan almarhum Baharuddin Lopa (Menteri
Kehakiman dan Jaksa Agung pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman
Wahid, 1999-2000, dan sempat menjadi ‘aikon nasional’ gerakan anti
korupsi karena kejujurannya yang sangat terkenal) melayangkan ‘Risalah
Demokrasi’ menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap beberapa kebijakan
politik Jakarta dan Makassar; serta
Fakta
sejarah daerah ini sempat menjadi pangkalan utama ‘tentara pembelot’
(Batalion 310 pimpinan Kolonel Andi Selle), pada tahun 1950-60an, yang
kecewa terhadap beberapa kebijakan pemerintah dan kemudian melakukan
perlawanan bersenjata terhadap Tentara Nasional Indonesia (TNI); selain
sebagai daerah lintas-gunung dan hutan –untuk memperoleh pasokan senjata
selundupan melalui Selat Makassar- oleh gerilyawan Darul Islam (DI)
pimpinan Kahar Muzakkar yang berbasis utama di Kabupaten Luwu dan
Kabupaten Enrekang di sebelah timurnya.
Pembentukan daerah kabupaten baru di wilayah sulawesi barat masih dalam proses dan dalam prosesnya masih sering diiringi oleh permasalahan-permasalahan yang merupakan efek penyatuan pendapat yang belum memiliki titik temu.
Pembentukan daerah kabupaten baru di wilayah sulawesi barat masih dalam proses dan dalam prosesnya masih sering diiringi oleh permasalahan-permasalahan yang merupakan efek penyatuan pendapat yang belum memiliki titik temu.
Kabupaten Mamuju Tengah adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Barat, Indonesia. Mamuju Tengah merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Mamuju yang disahkan dalam sidang paripurna DPR RI pada 14 Desember 2012 di gedung DPR RI tentang Rancangan UU Daerah Otonomi Baru (DOB). Yang dibentuk dengan Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 2013.
Nilai Budaya
Penduduk Sulawesi
Barat berdasarkan hasil survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS)
Tahun 2006 berjumlah 992.656 jiwa yang tersebar di 5 kabupaten, dengan
jumlah penduduk terbesar yakni 356.391 jiwa mendiami Kabupaten Polewali
Mandar.
Secara keseluruhan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari penduduk yang berjenis kelamin perempuan, hal ini tercermin dari angka rasio jenis kelamin yang lebih besar dari jumlah penduduk perempuan
Angkatan kerja, Penduduk Usia Kerja (PUK) didefenisikan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun ke atas. Penduduk usia kerja terdiri dari Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja atau yang sedang mencari pekerjaan, sedangkan bukan angkatan kerja adalah mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau melakukan kegiatan lainnya.
Penduduk usia kerja di daerah Sulawesi Barat pada tahun 2006 berjumlah 751.180 jiwa. Dari seluruh penduduk usia kerja yang masuk menjadi angkatan kerja berjumlah 444.324 jiwa atau lebih dari 50 persen dari seluruh Penduduk Usia Kerja.
Dari seluruh angkatan kerja yang berjumlah 444.324 jiwa tercatat bahwa 53.215 orang dalam status mencari pekerjaan. dari angka tersebut dapat dihitung tingkat pengangguran terbuka di Sulawesi Barat pada tahun 2006, yakni sebesar 11,98 persen. angka ini merupakan rasio antara pencari pekerjaan dan jumlah angkatan kerja.
Dilihat dari segi lapangan usaha, sebagian besar penduduk Sulawesi Barat bekerja pada sektor pertanian yang berjumlah 276.299 orang atau 70,64 persen dari jumlah penduduk yang bekerja. Sektor lainnya yang juga menyerap tenaga kerja cukup besar adalah sektor perdagangan dan jasa-jasa.
Potensi pariwisata Cukup menjanjikan akan tetapi belum dikelola dengan baik secara optimal sehingga belum dapat hasil yang lebih nyata terhadap pemasukan devisa bagi daerah meski demikian, gunakan memperkenalkan pariwisata kepada masyarakat indonesia bahkan ke dunia internasional, pemerintah SulBar menyiapkan berbagai upaya berupa promosi-promosi di media cetak maupun elektronik untuk memperkenalkan pariwisata ke dunia luar.
Akan disiapkan sarana dan prasarana, akomodasi berupa hotel yang memadai serta transportasi dari dan ke obyek wisata yang ada,
Secara keseluruhan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari penduduk yang berjenis kelamin perempuan, hal ini tercermin dari angka rasio jenis kelamin yang lebih besar dari jumlah penduduk perempuan
Angkatan kerja, Penduduk Usia Kerja (PUK) didefenisikan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun ke atas. Penduduk usia kerja terdiri dari Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja atau yang sedang mencari pekerjaan, sedangkan bukan angkatan kerja adalah mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau melakukan kegiatan lainnya.
Penduduk usia kerja di daerah Sulawesi Barat pada tahun 2006 berjumlah 751.180 jiwa. Dari seluruh penduduk usia kerja yang masuk menjadi angkatan kerja berjumlah 444.324 jiwa atau lebih dari 50 persen dari seluruh Penduduk Usia Kerja.
Dari seluruh angkatan kerja yang berjumlah 444.324 jiwa tercatat bahwa 53.215 orang dalam status mencari pekerjaan. dari angka tersebut dapat dihitung tingkat pengangguran terbuka di Sulawesi Barat pada tahun 2006, yakni sebesar 11,98 persen. angka ini merupakan rasio antara pencari pekerjaan dan jumlah angkatan kerja.
Dilihat dari segi lapangan usaha, sebagian besar penduduk Sulawesi Barat bekerja pada sektor pertanian yang berjumlah 276.299 orang atau 70,64 persen dari jumlah penduduk yang bekerja. Sektor lainnya yang juga menyerap tenaga kerja cukup besar adalah sektor perdagangan dan jasa-jasa.
Potensi pariwisata Cukup menjanjikan akan tetapi belum dikelola dengan baik secara optimal sehingga belum dapat hasil yang lebih nyata terhadap pemasukan devisa bagi daerah meski demikian, gunakan memperkenalkan pariwisata kepada masyarakat indonesia bahkan ke dunia internasional, pemerintah SulBar menyiapkan berbagai upaya berupa promosi-promosi di media cetak maupun elektronik untuk memperkenalkan pariwisata ke dunia luar.
Akan disiapkan sarana dan prasarana, akomodasi berupa hotel yang memadai serta transportasi dari dan ke obyek wisata yang ada,
Obyek Wisata Alam di Prov Sulbar antara lain :
- Anjoro Pitu
- Air panas
- Sumur Jodoh di pulau karampuang
- Anjoro Pitu
- Air panas
- Sumur Jodoh di pulau karampuang
Obyek wisata bahari antara lain :
- Pasir Putih di Kab Polman
- Air terjun Mata sapi di mamuju
- Taman Laut Pulau Karampuang dan kepulauan bala-balakang
- Permandian airpanas di Kalumpang, tapandulu dan aralle di mamasa
- Pasir Putih di Kab Polman
- Air terjun Mata sapi di mamuju
- Taman Laut Pulau Karampuang dan kepulauan bala-balakang
- Permandian airpanas di Kalumpang, tapandulu dan aralle di mamasa
Tamasya Budaya
- Rumah adat mamuju
- Padi Tammanurung Kalumpang
- Kayu Ebodi Raksasa di Kaluku
- Rumah adat mamuju
- Padi Tammanurung Kalumpang
- Kayu Ebodi Raksasa di Kaluku
Potensi Agro wisata
- Aneka ragam Flora Fauna
- Aneka ragam Flora Fauna
Potensi Tarian Daerah antara lain seperti rincian di bawah ini :
Tari Bamba Manurung
Tari Ma Bundu
Tari Motaro
Tari Bulu Londong
Tari Tuduq Mandar Pembolongatta
Tari Tuduq Kumba
Tari Dego Pallaga
Tari PaJinang
Kelapa Tujuh - Air Panas
Pulau Karampuang
Gantungan
Sumber : http://www.kemendagri.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar