Profil
Nama Resmi | : | Provinsi Nusa Tenggara Barat |
Ibukota | : | Mataram |
Luas Wilayah | : | 18.572,32 Km2 *) |
Jumlah Penduduk | : | 4.539.888 Jiwa *) |
Suku Bangsa | : | Sasak, Sumbawa, Mbojo |
Agama | : | Islam, Kristen Protestan, Hindu, Katolik, Budha. |
Wilayah Administrasi | : | Kab.: 8, Kota : 2, Kec.: 116, Kel.: 136, Desa : 826 *) |
Lagu Daerah | : | Orlen-orlen |
Website: | : | http://www.ntb.go.id
*) Sumber : Permendagri Nomor 66 Tahun 2011
|
Sejarah
Menurut Babad Lombok, kerajaan tertua di pulau Lombok bernama Kerajaan Laeq, tetapi sumber lain menyatakan, bahwa kerajaan tertua adalah Kerajaan Suwung yang dibangun dan diperintah oleh seorang raja Betara Indera, sebagaimana disebutkan dalam Babad Suwung. Setelah Kerajaan Suwung ini surut muncul kerajaan Lombok. Pada abad IX-Xl berdiri Kerajaan Sasak dan berakhir setelah ditaklukkan oleh salah satu kerajaan yang ada di Bali saat itu. Selain itu, beberapa kerajaan yang pernah berdiri di pulau Lombok adalah Pejanggik, Langko, Bayan, Sokong Samarkaton dan Selaparang, yang disebut terakhir selama dua periode yaitu Selaparang periode Hindu/Pra Islam dari abad XIII yang berakhir dengan kedatangan ekspedisi Kerajaan Majapahit pada tahun 1357 dan Selaparang periode Islam yang muncul pada sekitar abad XVI dan berakhir 1740 setelah ditaklukkan oleh pasukan gabungan Kerajaan Karang Asem, Bali dan Banjar Getas. Setelah ekspedisi Majapahit dibawah pimpinan laksamana Nala ke Lombok dan Dompu pada tahun 1357, kerajaan-kerajaan di Sumbawa Barat dan Sumbawa Timur mulai ada. Sebelum itu penduduk asli di pulau Sumbawa merupakan kelompok-keiompok kecil, yang masing-masing dipimpin oleh seorang kepala suku. dikalangan masyarakat Mbojo disebut Niceki dan di dalam masyarakat suku bangsa Samawa disebut Tau Lokaq. Kerajaan-kerajaan di Sumbawa Timur dimaksud adalah Kerajaan Bima Sanggar dan Dompu. Sementara di Sumbawa Barat Kerajaan Utan Kadali, Seran dan Taliwang, sebagaimana disebut di dalam kitab Negarakertagama. Berkembangnya agama Islam serta munculnya kerajaan-kerajaan yang bersendikan agama telah mempercepat proses runtuhnya Kerajaan Majapahit. Seiring dengan itu, seluruh kerajaan yang ada di Lombok yang selama ini berada di bawah kekuasaan Majapahit menjadi kerajaan yang merdeka dan mandiri. Demikian juga dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Pulau Sumbawa. Diantara kerajaan-kerajaan di pulau Lombok yang baru memerdekakan diri tersebut, salah satu yang paling terkemuka dan terkenal diseluruh Nusantara saat itu adalah Kerajaan Lombok, yang terletak di Teluk Lombok yang kini dikenal dengan nama Labuan Lombok. Kerajaan Lombok inilah yang beberapa tahun kemudian, oleh pangeran (Sunan) Prapen, Putra Sunan Giri dijadikan sebagai Basis Islamisasi Pulau Lombok. Setelah Sunan Prapen berhasil menjalankan tugasnya di pulau Lombok ia meneruskan misinya ke Pulau Sumbawa, yang disinipun ia berhasil dengan gemilang menyebarkan agama Islam. Sepeninggal Sunan Prapen, atas dasar pertimbangan strategis, Prabu Rangkesari yang menggantikan Prabu Mumbul sebagai raja Kerajaan Lombok memindahkan ibukota yang semula terletak di Teluk Lombok ke bekas Kerajaan Selaparang (periode Hindu), yaitu Selaparang seperti nama keraiaannya. Rupa-rupanya kerajaan Lombok yang memindahkan pusat Kerajaan lnilah yang dikemudian hari dikenal sebagai Kerajaan Selaparang periode Islam. Kedatangan Belanda, setelah sebelumnya Portugis, semakin memanaskan suasana politik dan meningkatkan dinamika sosial budaya di seluruh Nusantara, termasuk di semua wilayah Nusa Tenggara. Dengan tujuan untuk menutup jalur Kristensasi dari timur ke barat oleh Portugis, maka pada bulan Juni 1618 sesuai dengan yang tercacat di dalam Tambo Gowa dan Tallo, Kerajaan Gowa menaklukkan dan mempersatukan kerajaan-kerajaan yang ada di Sumbawa Barat. Kemudian berturut-turut pada tahun 1633, Gowa menaklukkan Bima, Tambora Sanggar dan Dompu, serta tahun 1640 menundukkan Selaparang. Namun yang perlu dicacat ialah bahwa penaklukan-penaklukan tersebut lebih banyak dilakukan dengan cara kultural dan spiritual. Artinya secara damai melalui perkawinan antara keluarga raja dan kesepakatan untuk mempertahankan iman Islam diantara mereka. Namun demikian usaha dan upaya Belanda terus menerus untuk menguasai Nusantara lambat laun mernbawa hasil pada tanggal 18 Nopember 1667 VOC berhasil memaksa Sultan Hasanuddin sebagai penguasa Gowa untuk menandatangani perjanjian yang terkenal dengan perjanjian Pongaya. Akibat dari perjanjian itu adalah mundurnya Gowa dari kerajaan-kerajaan yang ada dibawah kekuasaannya. Kerajaan Karangasem/Singasari, Bali, yang sejak lama mengincar pulau Lombok, baru berhasil menguasainya pada tahun 1470 setelah kerajaan ini melakukan persekutuan dengan Arya Banjar Getas. Maka sejak saat itulah pengaruh Bali kembali mewarnai kehidupan sosial, politik dan budaya suku. bangsa Sasak. Disamping itu, Belandapun terus menerus melakukan penetrasi politik dan kekuatan militernya, yang akhirnya menguasai pulau Lombok dan Sumbawa sampai dengan kedatangan Jepang yang mengalahkannya pada tahun 1942.Perisai, sebagai bentuk luar atau latar belakangnya, melambangkan kebudayaan/ kesenian Rakyat Propinsi Nusa Tenggara Barat dan juga melambangkan jiwa kepahlawanannya. Tulisan berbunyi Nusa Tenggara, ialah nama daerah yang berpemerintahan sendiri yang terdiri dari Pulau Lombok dan Sumbawa. Rantai, yang terdiri dari 4 berbentuk bundar dan yang 5 berbentuk segi empat : melambangkan kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945. Butiran padi sebanyak 58 butir, daun Kapas 17 dan Bunga Kapas 12 kuntum, yang kesemuanya adalah melambangkan kelahiran Provinsi Nusa Tenggara Barat tanggal 17 Desember 1958. Bintang Lima, melambangkan 5 sila dari pada Pancasila. Gunung yang berasap, menunjukkan Gunung Rinjani, Gunung Berapi yang tertinggi di Pulau Lombok. Menjangan, menunjukkan binatang yang banyak sekali terdapat di Pulau Sumbawa. Kubah, melambangkan penduduk Provinsi Nusa Tenggara Barat yang taat dan patuh melaksanakan perintah-perintah agamanya. Warna Biru, melambangkan Kesetiaan Daerah Nusa Tenggara Barat pada perjuangan bangsa Indonesia, serta kesetiaan kepada pemerintah RI. Warna Hijau, melambangkan kemakmuran, cita-cita kita semua dan juga tanda kesuburan dari daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Warna Putih, melambangkan Kesucian, keluhuran rakyat Provinsi Nusa Tenggara Barat yang senantiasa taat, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang langsung pula menjiwai rakyatnya, bercita-cita luhur dan suci serta tindak tanduk baik rohaniah maupun jasmaniah berdasarkan kesucian. Warna Kuning, melambangkan Kejayaan, keberanian berjuang atas dasar kesucian dan akan membawa kita pada kejayaan. Warna Hitam, melambangkan Abadi, kejayaan berdasarkan atas landasan yang luhur akan abadi. Warna Merah, melambangkan Keberanian, kepahlawanan berjiwa hidup dan dinamis untuk menegakkan kebenaran dan keadilan.
Nilai Budaya
Kepercayaan : Penduduk asli seluruhnya merupakan pemeluk agama Islam sedangkan penduduk pendatang umumnya pemeluk agama Hindu yang dianut oleh suku bangsa Bali yang banyak tinggal di kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat, sedangkan agama Kristen dan Katolik, Budha relatif kecil penganutnya. Upacara-upacara Adat: Suku Sasak Selamat Tian/Bubus Tian adalah upacara yang dilakukan masyarakat sasak untuk mendoakan bayi yang ada di dalam kandungan pada saat kehamilan umur 7 bulan, agar bayi yang ada di dalam kandungan lahir selamat. Medaq Empat atau Buung Awu adalah upacara kelahiran dan masa bayi. Ngurisan adalah upacara Cukur rambut bayi. Nyunatang adalah upacara Hitanan. Berkikir adalah upacara menghaluskan gigi, membuat lebih baik, lebih halus dan rata. Merariq adalah upacara perkawinan. Bedudus upacara memandikan calon penganten. Sorong Serah upacara mengantar pengantin menuju ke rumah orang tuannya penganten wanita. Suku Samawa Biso Tian adalah upacara yang dilaksanakan pada masyarakat Samawa untuk mendoakan wanita yang sedang hamil pertama pada saat usia kehamilan mencapai 8-9 bulan dengan tujuan agar ibu dan bayinya mendapat keselamatan. Turun Ampar (turun dari tempat tidur adalah upacara yang dilaksanakan pada hari ke 7 setelah bayi dilahirkan pada hari ini untuk pertama kalinya bayi ditidurkan di tempat biasa (kasur/tikar) sebab selama 7 hari 7 malam harus digendong oleh 9 orang wanita secara bergantian. Baterok adalah upacara yang dilaksanakan pada waktu melubangi daun telinga bagi anak-anak wanita. Gunting Bulu adalah upacara mencukur rambut. Basunat adalah upacara Khitanan. Tama Lamong adalah upacara bagi anak wanita yang memasuki usia dewasa. Berasaq adalah upacara bagi anak pria yang memasuki dewasa. Berodak adalah upacara menjelang malam resepsi pengantin (sama dengan malam midodareni jawa). Suku Mbojo Salam Lako (selamatan perut). Qeka (Akikah). Cafi Sari (Menyapu/membersihkan lantai). Boru (potong rambut). Dore (menyentuhkan telapak kaki bayi di atas tanah disimpan pada sebuah piring putih). Mberi Ngara (pemberian nama). Suna Ro Ndoso (khitanan). Compo Sampati (pemasangan baris). Compo Kawari (pemasangan perhiasan yang terbuat dari emas untuk anak perempuan). Ndoso (meratakan dan membersihkan gigi secara simbolik dengan menggigit sepotong kayu, yang bergetah yang dapat menguatkan gigi). Kapanca (penempelan inai di telapak tangan calon penganten putri). Tawori/Pemaco (ramah tamah kedua penganten dan sanak saudara). Falsafah hidup masyarakat setempat Dalam kehidupan sehari-hari di Daerah Nusa Tenggara Barat dikenal beberapa ungkapan-ungkapan tradisional antara lain sebagai berikut: Suku Sasak falsafahnya “BARENG ANYONG JARI SEJUKUNG�? artinya kita kalau sudah satu perahu biarlah hancur-hancuran dan harus sehidup semati. Suku Mbojo falsafahnya “AI NA KANI ILMU MBIA OO MA ESE DI HANTA MA AWA DI TONDA�? artinya jangan pakai ilmu belah bamboo yang diatas diangkat-angkat yang dibawah diinjak-injak. Selain itu mereka punyai nasehat yang baku terhadap siapapun yang akan merantau “Maja Labo Dahu�? artinya malu dan takut. Suku Samawa falsafahnya “LAMIN TUTU SAYANG KEMANG JOLO PUIN LEMA TUNGKA MA LEMA BELO MO NYUMPING�? artinya bila kamu betul-betul mencintai sekuntum bunga, kalau pohonnya condong harus segera ditopang agar kita abadi menyumping, jadi kita dingatkan untuk segera menyelesaikan berapa derajat condongnya pohon bunga tersebut, angin jenis apakah yang menerpanya dan lain sebagainya tanpa usaha segera menopangnya. Apa sebabnya harus segera diselesaikan agar tidak terjadi krisis kepercayaan dikalangan masyarakat. AI MENENG, TUNJUNG TILAH, EMPA’ BAU yang artinya air tetap jernih, bunga tetap utuh, ikanpun dapat ditangkap. Desa Darat Kita yang Senap semu Nyaman Nyawe yang artinya dalam membangun Nusa Tenggara Barat agar menjadi daerah yang aman, tentram dan damai.
Sumber : http://www.kemendagri.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar