Senin, 10 November 2014

14 Alasan Mengapa Harus Menjaga Hutan

Hampir sepanjang tahun lalu, Greenpeace telah melakukan investigasi dan mendokumentasikan operasi kotor para perusak lingkungan dan hutan di Indonesia yang masih tersisa. Investigasi ini mengungkapkan kisah tentang sebuah perusahaan besar, dengan perilaku tidak bertanggung jawab dan melanggar hukum serta berhubungan langsung dengan hilangnya satwa yang terancam punah seperti harimau Sumatera.  Jika hal itu belum cukup buruk, masih ada kabar lainnya: kita semua adalah bagian dari masalah tersebut.
 

Laporan “Izin Untuk Memusnahkan” menunjukan bagaimana produsen pembuat biskuit Oreo, Gilette dan Clearasil, mengambil minyak sawit melalui Wilmar Internasional dan secara efektif membuat konsumen – yaitu saya dan Anda – tanpa disadari menjadi kaki tangan penghancuran hutan Indonesia.
Kami di sini menyoroti penghancuran lingkungan yang secara sengaja dilakukan oleh korporasi global.
Inilah 14 alasan mengapa kita harus menyampaikan pada perusahaan-perusahaan tersebut untuk menerapkan kebijakan nol deforestasi dan memastikan bahan-bahan yang mereka gunakan berasal dari sumber yang benar-benar bertanggung jawab :

14.  Dari semua spesies yang hidup didarat, sekitar dua pertiganya menyebut hutan sebagai rumah mereka.

13. Harimau adalah spesies indikator, tanda yang penting dari kesehatan hutan. Ketika harimau tidak bisa lagi tinggal didalam hutan, kelangsungan hidup hutan dan spesies lainnya yang bergantung padanya juga berada dalam resiko.

12. Sedikitnya 400 harimau Sumatera diperkirakan tersisa di alam bebas hutan hujan Sumatera, dan menghilang pada tingkat yang cukup mengejutkan – seperempat juta hektar setiap tahun. Ekspansi perkebunan kelapa sawit untuk pembuatan shampoo, pasta gigi, coklat, sampul majalah dan kertas toilet, bertanggung jawab untuk hampir dua pertiga dari kerusakan hutan dan habitat harimau dari tahun 2009 hingga 2011.

11. Saat ini, harimau Sumatera digolongkan sebagai satwa yang ‘terancam punah’ dalam daftar spesies yang terancam dari IUCN. Kategori selanjutnya adalah ‘punah di alam’

10. Deforestasi meningkatkan konflik antara harimau dan manusia dan membuat harimau menjadi lebih rentan terhadap perburuan. Antara tahun 1998 dsampai 2011, 638 konflik manusia dan harimau tercatat terjadi di Sumatera, dimana harimau membunuh 72 orang dan melukai 63 lainnya. Konflik ini memyebabkan terbunuhnya 59 harimau.

9. Tidak hanya bagi harimau. Hutan Indonesia juga adalah rumah bagi banyak satwa langka termasuk Gajah Pigmi, gajah terkecil di Asia, dan salah satu jenis gajah yang paling sulit dipahami di dunia.

8. Kanguru pohon sangat tangkas dan gesit di pepohonan, mampu melompat sejauh 30 kaki dari satu pohon ke pohon lainnya.  Mahluk langka ini tinggal di hutan hujan Indonesia, Papua Nugini dan Australia. Mereka kehilangan hutan tempat tinggal dengan sangat cepat.

 
7. “Orang Hutan” adalah terjemahan bahasa Melayu dari orangutan, sebuah nama yang luar biasa, karena mereka berbagi sekitar 97% DNA dengan manusia.  Dengan rentang lengan yang sangat besar (seekor orangutan jantan dapat  merentangkan lengannya hingga 7 kaki dari ujung ke ujung), primata yang hebat ini menghabiskan hampir seluruh hidup mereka di antara pepohonan, yang menjadikan mereka sangat rentan terhadap akibat deforestasi. Orangutan Sumatera maupun Kalimantan dapat punah di alam liar sebagai populasi biologis dalam waktu sepuluh hingga dua puluh tahun kedepan. 

6. Banyak hutan di Indonesia terletak di lahan gambut, yang merupakan daerah rawa basah dengan kandungan karbon terkaya di dunia. Riau diperkirakan menyimpan 40% karbon lahan gambut Indonesia  setara dengan nilai emisi gas rumah kaca global dalam setahun.  Lahan gambut sering kali dikeringkan untuk menyiapkan kondisi yang baik bagi perkebunan kelapa sawit, yang menyebabkan emisi karbon yang signifikan serta kontribusi bagi perubahan iklim.

5. Satu dekade lalu, sebuah survey ilmiah  menemukan bahwa Taman Nasional Teso Nilo di Indonesia adalah lokasi dengan keanekaragaman hayati tumbuhan paling kaya di dunia. Laporan kami menunjukan bagaimana, sejak tahun 2011, penghancuran besar-besaran di Teso Nilo – sebagian besar untuk kelapa sawit – telah menghancurkan hampir setengah dari luas hutan yang masih tersisa.  Bulan Juni tahun 2013, hanya 39.000 hektar hutan alami yang masih tersisa.

4. Greenpeace mengakui kelapa sawit, jika diproduksi secara  berkelanjutan memiliki banyak kegunaan dan manfaat. Kegiatan pertanian ini, yang termasuk nol pembakaran, tanpa penggunaan herbisida, dan pengelolaan air yang lebih baik untuk menjaga sistem pengairan lahan gambut, termasuk pendekatan inovatif produksi kelapa sawit  telah membawa keuntungan sosial ekonomi serta membantu melindungi hutan yang tersisa.    

3.  Wilmar dan merek-merek produk rumah tangga yang membeli minyak sawit harus mengetahui besarnya konsekuensi dari produksi minyak sawit yang tidak bertangung jawab. Mereka harus memastikan rantai pasokan minyak sawit mereka memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan di Indonesia, dan bukan malahan menghancurkan masa depan masyarakat, satwa dan iklim global yang menjadi ketergantungan kita semua. 

2. Kita tidak ingin terlibat dan ikut bersalah atas kepunahan harimau dan deforestasi saat kita bercukur atau makan coklat.  

1. Hutan, seperti halnya Arktik, milik kita semua, bagian yang integral dari warisan bangsa. Kami percaya tak seorangpun berhak menghancurkan warisan berharga ini, dan pastinya bukan untuk keuntungan komersil jangka pendek. Hutan adalah kekayaan yang harus dikelola secara berkesinambungan untuk kepentingan seluruh masyarakat Indonesia.

 
 
Sumber : http://www.greenpeace.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar