Senin, 09 Maret 2015

Kisah Nabi Nuh AS

Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun berdakwah menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka meninggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembang dan beribadah kepada Allah Yang Maha Kuasa memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum syariat dan agama yang diwahyukan oleh Allah kepadanya, mengangkat derajat manusia yang tertindah dan lemah ke derajat yang sesuai dengan fitrah dan qodratnya dan berusaha menghilangkan sifa-sifat sombong dan congkak yang melekat pada para pembesar kaumnya dan mendidikan kasih sayang, tolong menolong di antara sesama manusia. 

Akan tetapi dalam waktu yang cukup lama itu. Nabi nuh tidak berhasil menyadarkan dan menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya, Beriman, bertauhid dan beribadah kepada Allah kecuali sekelompok kecil kaumnya, walaupun ia telah melakukan tugasnya dengan segala daya dan usahanya dan sekuat tenaganya dengan penuh kesabaran dan kesulitan menghadapi penghinaan, ejekan, cercaan dan makian dari kaumnya, karena ia mengharapkan akan datang masanya di mana kaumnya akan sadar diri dan datang mengakui kebenaran dakwahnya. 

Harapan Nabi Nuh as akan kesaran kaumnya makin hari makin berkurang. Ternyata sinar iman dan takwa tidak akan menembus ke dalam hati mereka yang telah tertutup rapat oleh ajaran dan bisikan iblis. Allah berfirman : “Sesungguhnya tidak akan seorang dari pada kaumnya mengikutimu dan beriman kecuali mereka telah mengikutimu dan beriman lebih dahulu, maka janganlah engkau bersedih hati karena apa yang telah mereka perbuatkan.”            

Dengan penegasan firman Allah itu, lenyapkah sisa harapan nabi nuh as dari kaumnya dan habislah kesabarannya. Ia memohon kepada ALlah agar menurunkan azab-Nya di atas kaumnya yang berkepala batu seraya berseru; “Ya Allah! janganlah engkau biarkan seorang pun dari pada orang-orang kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi ini. Mereka akan berusaha menyesatnya hamba-hamba-Mu, jika engkau biarkan mereka tinggal dan mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak ytang kafir seperti mereka”

Doa nabi nuh as dikabulkan oleh Allah SWT dan permohonannya diluluskan dan tidak perlu lagi menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena mereka itu akan menerima hukuman Allah dengan mati tenggelam.

Kisah Nabi Nuh Membuat Kapal
Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal, segeralah nabi nuh membuat kapal ia mengimpulkan para pengikutnya dan mulai mereka mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk membuat kapal, kemudian dengan mengambil tempat di luar dan agak jauh dari kota dan keramaiannya mereka dengan rajin dan tekun bekerja siang dan malam menyelesaikan pembuatan kapal yang diperintahkan itu.

Walaupun nabi nuh as telah menjauhi kota dan masyarakatnya, agar dapat bekerja dengan tenan tanpa gangguan dalam pembuatan kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan dan cemooohan kaumnya yang kebetulan atau segaja melewati tempat mereka membuat kapal itu. Mereka mengejek dan mengolok-olong dengan mengatakan: “Wahai nuh! sejak kapan engkau telah menjadi tukang kayu dan pembuata kapal? BUkanlah engkau seorang nabi dan rasul menurut pengakuanmu, kenapa sekarang menjadi seorang tukan kayu dan pembuat kapal. Dan kapal yang engkau buat itu di tempat yang jauh dari air ini adalah maksudmu untuk ditarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang akan menarik kapalmu ke laut?” Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh as dengan sikap dingin dan tersenyum seraya menjawab : “Baiklah tunggu saja saatnya nanti, jika engkau sekarang mengejek dan mengolok-olok kami maka akan tibalah masanya kamu akan mengetahui untuk apa kapal yang kami siapkan ini. Tunggulah saatnya azab dan hukuman Allah menimpa atas diri kamu”.

Setelah menyelesaikan pembuatan kapal yang merupakan alat pengangkutan laut pertama di dunia, nabi nuh as menerima wahyu dari Allah : “Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat tanda-tanda dari Ku maka segeralah angkuat bersamamu di dalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap makhluk hidup yang ada di atas bumi dan berlayarlah dengan izin-Ku.
Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air yang deras dan dahsyat yang dalam sekejap mata telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota dan menggenangi daratan yang rendah maupun yang tinggi sampai puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat berlindung dari air bah yang dahsyat itu kecuali kapal nabi nuh as yang telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk hidup yang diselamatkan oleh nabi Nuh as atas perintah Allah SWT.

Dengan iringan “bismillah” berlayarlah kapal Nabi Nuh as dengan lajunya menyusuri lautan air, menentang angin yang kadang kala lemah lembut kadang kala gans dan ribut. Di kanan kiri kapal terlihat orang-orang kafir bergelut melawan gelombang air yang menggunung dan berusaha menyelematkan diri dari cengkraman maut yang sudah sedia menerkam mereka di dalam lipatan gelombang-gelombang.

Kaum nabi nuh yang tidak mengikutinya mendapatkan azab Alloh SWT
Tak kala nabi nuh as berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan melihat-lihat orang-orang kafit dari kaumnya sedang bergelimpangan di atas permukaan air, tiba-tiba terlihatlah olehnya tubuh putera sulungnya yang bernama “kan’ aan” timbul tenggelam dipermainkan oleh gelombanganyang tidak menaruh belas kasihan kepada orang-orang yang sedang menerima hukuman allah itu. Pada saat itu, tanpa disadari, timbulah rasa cinta dan kasih sayang seoranmg ayah terhadap putera kandungnya yang berada dalam keadaan cemas menghadapi maut di telan gelombang.

Nabi nuh as secara sepontan, terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak dengan sekuat suaranya memanggil puteranya : “wahai anakku, datanglah kemari dan gubungkan dirimu bersama keluargamu. Bertaubatlah engkau dan berimanlah kepada Allah agar engkau selamat dan terhindari dari dari bahaya maut yang engkau jalani hukuman Allah”. Kan’aan, putera nabi nuh yang tersesat dan terkena rayuan syaitan dan hasutan kaumnya  yang sombong dan keras kepala itu menolak degan keras ajakan dan panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata yang menentang : “biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi berlindung di atas geladak kapalmu, akan akan dapat menyelematkan diriku sendiri dan berlindung di atas bukit yang tidak akan dijangkau oleh air bai ini”

Nabi nuh as pun menjawab : “Percalah bahwa tempat satu-satunya yang dapat menyelematkan engkau ialah bergabung dengan kami di atas kapal ini. tidak akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman Allah yang telah dilimpahkan ini kecuali orang0orang yang memperoleh rahmat dan keampuanan-Nya.
Setelah nabi nuh as mengucapkan kata-katanya, tenggelamlah kan’an disambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan mata ayahnya, tergelincirlah ke bawah lautan air mengikuti kawan-kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.

Nabi Nuh as hatinya bersedih dan berduka cita atas kematian puteranya dalam dalam keadaan kafir dan tidak beriman dan belum mengenal Allah. Beliau berkeluh kesah dan berseru kepada Allah : “Ya Tuhanku, sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku dan adalah bagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji benar dan engkaulah maha hakim yang maha berkuasa”

Kepadanya Allah berfirman : “Wahai nuh, sesungguhnya dia puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu, menolak dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir dari pada kaummu. Coretlah namanya dari daftar keluargamu. Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu, mengikuti jalanmu dan beriman kepada Ku dapat engkau masukkan dan golongkan ke dalam barisan keluargamu yang telah aku janjikan perlindungannya dan terjamin keselamatan jiwanya. Adapun orang-orang yang mengingkari risalahmu, mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani hubungan yang telah aku tentukan walau mereka berada dipuncak gunung. Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau belum engkau ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan orang-orang yang bodoh”

Nabi nuh as pun tersadar, segera setelah menerima teguran dari Allah bahwa cinta kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan ancaman Allah terhadap orang-orang kafir termasuk puteranya sendiri. Ia sadar bahwa ia tersesar pada saat ia memanggil puteranya untuk menyelematkannya dari bencana banjir yang didorong oleh perasaan aluri darah yang menghubungkannya dengan puteranya padahal sepatutnya cinta dan taat kepada allah harus mendhului cinta kepada keluarga dan harta benda. Ia sangat menyesalah akan kelalaian dan kealpaannya itu dan menghadap kepada Allah memohon ampunan dan maghfirahnya dengan berseru : “Ya Tuhanku aku berlindung kepada-mu dari godaan syaitan yang terlaknat, ampunilah kelalaian dan kealpaanku sehingga aku menanyakan sesuat yang aku tidak mengetahuinya. Ya Tuhanku bila Engau tidak memberi ampunan dan maghfirah serta menurunkan rahmat bagiku, niscaya aku akan menjadi orang yang rugi”

Setelah air bah itu mencapai puncak keganansannya dan habis binaslah kaum nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum Allah, surutlah lautan air diserap bumi kemudian bertambatlah kapal nuh di atas bukit Judie dengan iringan perintah Allah kepada Nabi NUh As : “Turunlah wahai Nuh ke darat engkau dan para mukmin yang menyertaimu dengan selamat dilimpahi barakah dan inayah dari sisi-Ku bagimu dan bagi umat yang menyertaimu”

Di dalam al quran diceritakan kisah nabi Nuh dalam surat Nuh ayat 1 sampai 28,  juga dalam surat hud ayat 27 – 48 yang mengisahkan dialog nabi nuh dengan kaumnya dan perintah nabi nuh membuat kapal serta keadaan banjir yang menimpa di atas mereka.

hal yang dapat kita ambil hikmah dari kisah nabi nuh adalah hubungan antara manusia yang terjalin karena ikatan persamaan kepercayaan atau persamaan aqidah dan pendirian adalah lebih erat dan lebih berkesan dari pada hubungan yang terjalin karena ikatan darah atau kelahiran. Kan’aan yang walaupun adalah anak kandung Nabi Nuh as, oleh ALlah SWT dikeluarkan dari bilangan keluarga nabi Nuh karena menganut kepercayaan dan agama berlainan dengan apa yang dianut dan didakhawahkan oleh nabi nuh ayahnya sendiri, bahkan ia berada di pihak yang memusuhi dan menentangnya.

(http://ceritaislami.net/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar