Nabi
Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun
berdakwah menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka meninggalkan penyembahan
berhala dan kembali menyembang dan beribadah kepada Allah Yang Maha Kuasa
memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang benar dan
terang, mengajar mereka hukum-hukum syariat dan agama yang diwahyukan oleh
Allah kepadanya, mengangkat derajat manusia yang tertindah dan lemah ke derajat
yang sesuai dengan fitrah dan qodratnya dan berusaha menghilangkan sifa-sifat
sombong dan congkak yang melekat pada para pembesar kaumnya dan mendidikan
kasih sayang, tolong menolong di antara sesama manusia.
Akan
tetapi dalam waktu yang cukup lama itu. Nabi nuh tidak berhasil
menyadarkan dan menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya,
Beriman, bertauhid dan beribadah kepada Allah kecuali sekelompok kecil kaumnya,
walaupun ia telah melakukan tugasnya dengan segala daya dan usahanya dan sekuat
tenaganya dengan penuh kesabaran dan kesulitan menghadapi penghinaan, ejekan,
cercaan dan makian dari kaumnya, karena ia mengharapkan akan datang masanya di
mana kaumnya akan sadar diri dan datang mengakui kebenaran dakwahnya.
Harapan
Nabi Nuh as akan kesaran kaumnya makin hari makin berkurang. Ternyata sinar
iman dan takwa tidak akan menembus ke dalam hati mereka yang telah tertutup
rapat oleh ajaran dan bisikan iblis. Allah berfirman : “Sesungguhnya tidak akan
seorang dari pada kaumnya mengikutimu dan beriman kecuali mereka telah
mengikutimu dan beriman lebih dahulu, maka janganlah engkau bersedih hati
karena apa yang telah mereka perbuatkan.”
Dengan penegasan firman Allah itu, lenyapkah sisa harapan nabi nuh as dari kaumnya dan habislah kesabarannya. Ia memohon kepada ALlah agar menurunkan azab-Nya di atas kaumnya yang berkepala batu seraya berseru; “Ya Allah! janganlah engkau biarkan seorang pun dari pada orang-orang kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi ini. Mereka akan berusaha menyesatnya hamba-hamba-Mu, jika engkau biarkan mereka tinggal dan mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak ytang kafir seperti mereka”
Doa
nabi nuh as dikabulkan oleh Allah SWT dan permohonannya diluluskan dan tidak
perlu lagi menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena mereka itu akan
menerima hukuman Allah dengan mati tenggelam.
Kisah Nabi Nuh Membuat Kapal
Setelah
menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal, segeralah nabi nuh membuat
kapal ia mengimpulkan para pengikutnya dan mulai mereka mengumpulkan bahan yang
diperlukan untuk membuat kapal, kemudian dengan mengambil tempat di luar dan
agak jauh dari kota dan keramaiannya mereka dengan rajin dan tekun bekerja
siang dan malam menyelesaikan pembuatan kapal yang diperintahkan itu.
Walaupun
nabi nuh as telah menjauhi kota dan masyarakatnya, agar dapat bekerja dengan
tenan tanpa gangguan dalam pembuatan kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan
dan cemooohan kaumnya yang kebetulan atau segaja melewati tempat mereka membuat
kapal itu. Mereka mengejek dan mengolok-olong dengan mengatakan: “Wahai nuh!
sejak kapan engkau telah menjadi tukang kayu dan pembuata kapal? BUkanlah
engkau seorang nabi dan rasul menurut pengakuanmu, kenapa sekarang menjadi
seorang tukan kayu dan pembuat kapal. Dan kapal yang engkau buat itu di tempat
yang jauh dari air ini adalah maksudmu untuk ditarik oleh kerbau ataukah
mengharapkan angin yang akan menarik kapalmu ke laut?” Dan lain-lain kata
ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh as dengan sikap dingin dan tersenyum seraya
menjawab : “Baiklah tunggu saja saatnya nanti, jika engkau sekarang mengejek
dan mengolok-olok kami maka akan tibalah masanya kamu akan mengetahui untuk apa
kapal yang kami siapkan ini. Tunggulah saatnya azab dan hukuman Allah menimpa
atas diri kamu”.
Setelah
menyelesaikan pembuatan kapal yang merupakan alat pengangkutan laut pertama di
dunia, nabi nuh as menerima wahyu dari Allah : “Siap-siaplah engkau dengan
kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat tanda-tanda dari Ku maka segeralah
angkuat bersamamu di dalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua pasang dari
setiap makhluk hidup yang ada di atas bumi dan berlayarlah dengan izin-Ku.
Kemudian
tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air yang deras dan dahsyat yang
dalam sekejap mata telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota dan
menggenangi daratan yang rendah maupun yang tinggi sampai puncak bukit-bukit
sehingga tiada tempat berlindung dari air bah yang dahsyat itu kecuali kapal
nabi nuh as yang telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan
makhluk hidup yang diselamatkan oleh nabi Nuh as atas perintah Allah SWT.
Dengan
iringan “bismillah” berlayarlah kapal Nabi Nuh as dengan lajunya menyusuri
lautan air, menentang angin yang kadang kala lemah lembut kadang kala gans dan
ribut. Di kanan kiri kapal terlihat orang-orang kafir bergelut melawan
gelombang air yang menggunung dan berusaha menyelematkan diri dari cengkraman
maut yang sudah sedia menerkam mereka di dalam lipatan gelombang-gelombang.
Kaum nabi nuh yang tidak mengikutinya mendapatkan azab Alloh
SWT
Tak
kala nabi nuh as berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan
melihat-lihat orang-orang kafit dari kaumnya sedang bergelimpangan di atas
permukaan air, tiba-tiba terlihatlah olehnya tubuh putera sulungnya yang
bernama “kan’ aan” timbul tenggelam dipermainkan oleh gelombanganyang tidak
menaruh belas kasihan kepada orang-orang yang sedang menerima hukuman allah
itu. Pada saat itu, tanpa disadari, timbulah rasa cinta dan kasih sayang
seoranmg ayah terhadap putera kandungnya yang berada dalam keadaan cemas
menghadapi maut di telan gelombang.
Nabi
nuh as secara sepontan, terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak dengan
sekuat suaranya memanggil puteranya : “wahai anakku, datanglah kemari dan
gubungkan dirimu bersama keluargamu. Bertaubatlah engkau dan berimanlah kepada
Allah agar engkau selamat dan terhindari dari dari bahaya maut yang engkau
jalani hukuman Allah”. Kan’aan, putera nabi nuh yang tersesat dan terkena
rayuan syaitan dan hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu
menolak degan keras ajakan dan panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan
kata-kata yang menentang : “biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku
tidak sudi berlindung di atas geladak kapalmu, akan akan dapat menyelematkan
diriku sendiri dan berlindung di atas bukit yang tidak akan dijangkau oleh air
bai ini”
Nabi nuh as pun menjawab : “Percalah bahwa tempat satu-satunya yang dapat menyelematkan engkau ialah bergabung dengan kami di atas kapal ini. tidak akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman Allah yang telah dilimpahkan ini kecuali orang0orang yang memperoleh rahmat dan keampuanan-Nya.
Setelah
nabi nuh as mengucapkan kata-katanya, tenggelamlah kan’an disambar gelombang
yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan mata ayahnya, tergelincirlah ke
bawah lautan air mengikuti kawan-kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya yang
durhaka itu.
Nabi Nuh as hatinya bersedih dan berduka cita atas kematian puteranya dalam dalam keadaan kafir dan tidak beriman dan belum mengenal Allah. Beliau berkeluh kesah dan berseru kepada Allah : “Ya Tuhanku, sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku dan adalah bagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji benar dan engkaulah maha hakim yang maha berkuasa”
Kepadanya
Allah berfirman : “Wahai nuh, sesungguhnya dia puteramu itu tidaklah termasuk
keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu,
menolak dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir dari pada kaummu.
Coretlah namanya dari daftar keluargamu. Hanya mereka yang telah menerima
dakwahmu, mengikuti jalanmu dan beriman kepada Ku dapat engkau masukkan dan
golongkan ke dalam barisan keluargamu yang telah aku janjikan perlindungannya
dan terjamin keselamatan jiwanya. Adapun orang-orang yang mengingkari
risalahmu, mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan
iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani hubungan yang telah aku tentukan walau
mereka berada dipuncak gunung. Maka janganlah engkau sesekali menanyakan
tentang sesuatu yang engkau belum engkau ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau
sampai tergolong ke dalam golongan orang-orang yang bodoh”
Nabi
nuh as pun tersadar, segera setelah menerima teguran dari Allah bahwa cinta
kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan ancaman
Allah terhadap orang-orang kafir termasuk puteranya sendiri. Ia sadar bahwa ia
tersesar pada saat ia memanggil puteranya untuk menyelematkannya dari bencana
banjir yang didorong oleh perasaan aluri darah yang menghubungkannya dengan
puteranya padahal sepatutnya cinta dan taat kepada allah harus mendhului cinta
kepada keluarga dan harta benda. Ia sangat menyesalah akan kelalaian dan kealpaannya
itu dan menghadap kepada Allah memohon ampunan dan maghfirahnya dengan berseru
: “Ya Tuhanku aku berlindung kepada-mu dari godaan syaitan yang terlaknat,
ampunilah kelalaian dan kealpaanku sehingga aku menanyakan sesuat yang aku
tidak mengetahuinya. Ya Tuhanku bila Engau tidak memberi ampunan dan maghfirah
serta menurunkan rahmat bagiku, niscaya aku akan menjadi orang yang rugi”
Setelah
air bah itu mencapai puncak keganansannya dan habis binaslah kaum nuh yang
kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum Allah, surutlah lautan air
diserap bumi kemudian bertambatlah kapal nuh di atas bukit Judie dengan iringan
perintah Allah kepada Nabi NUh As : “Turunlah wahai Nuh ke darat engkau dan
para mukmin yang menyertaimu dengan selamat dilimpahi barakah dan inayah dari
sisi-Ku bagimu dan bagi umat yang menyertaimu”
Di
dalam al quran diceritakan kisah nabi Nuh dalam surat Nuh ayat 1 sampai
28, juga dalam surat hud ayat 27 – 48 yang mengisahkan dialog nabi nuh
dengan kaumnya dan perintah nabi nuh membuat kapal serta keadaan banjir yang
menimpa di atas mereka.
hal
yang dapat kita ambil hikmah dari kisah nabi nuh adalah hubungan antara manusia
yang terjalin karena ikatan persamaan kepercayaan atau persamaan aqidah dan
pendirian adalah lebih erat dan lebih berkesan dari pada hubungan yang terjalin
karena ikatan darah atau kelahiran. Kan’aan yang walaupun adalah anak kandung
Nabi Nuh as, oleh ALlah SWT dikeluarkan dari bilangan keluarga nabi Nuh karena
menganut kepercayaan dan agama berlainan dengan apa yang dianut dan
didakhawahkan oleh nabi nuh ayahnya sendiri, bahkan ia berada di pihak yang
memusuhi dan menentangnya.
(http://ceritaislami.net/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar