Profil
Nama Resmi | : | Provinsi Bengkulu |
Ibukota | : | Bengkulu |
Luas Wilayah | : | 19.919,33 Km2 *) |
Jumlah Penduduk | : | 1.830.869 Jiwa *) |
Suku Bangsa | : | Suku Rejang, Suku Serawai, Suku Melayu, Suku Mukomuko, Suku Ketahun, Suku lembak, Suku Enggano, Suku Pasemah, Suku pendatang dll. |
Agama | : | Islam : 95,27 %, Kristen Protestaan : 3,59 %, Hindu : 0,73%, Budha : 0,41 % |
Wilayah Administrasi | : | Kab.: 9, Kota : 1, Kec.: 123, Kel.: 148, Desa : 1.300 *) |
Lagu Daerah | : | Lalan Balek |
Website: | : | http://www.bengkuluprov.go.id
*) Sumber : Permendagri Nomor 66 Tahun 2011
|
Sejarah
Nama Bengkulu diambil dari kisah perang melawan orang Aceh yang datang hendak melamar Putri Gading Cempaka,
yaitu Soak Ratu Agung Raja Sungai Serut Akan tetapi lamaran tersebut
ditolak sehingga menimbulkan perang. Suku Soak Dalam, adalah saudara
kandung Putri Gading Cempaka yang menggantikan Raja Sungai Serut, saat
terjadi peperangan berteriak “Empang ka Hulu-Empang ka hulu�?: yang
artinya hadang mereka (orang Aceh) jangan biarkan mereka menginjakkkan
kakinya ditanah kita . Dari kata tersebut lahirlah kata Bangkahulu atau
Bengkulu, bangsa Inggris menyebutkannya dengan Bencoolen.
Wilayah
Bengkulu telah didiami penduduk sejak zaman prasejarah, hal ini
ditunjukan dengan ditemukannya prasasti dibagian utara Bengkulu, yaitu
bangunan megalitik type dongson dibagian selatan Bengkulu.
Dalam
sejarah Bengkulu terdapat kerajaan-kerajaan kecil yaitu : Selebar,
Sungai Serut, Empat Petulai, Indra Pura dan beberapa kerajaan lainnya.
Kerajaan Selebar merupakan salah satu kerajaan di Bengkulu yang telah melakukan perdagangan ke luar negeri yang ditandai adanya perjanjian dengan Perusahaan Hindia Timur Inggris pada tanggal 12 Juli 1685.
Dalam perjanjian itu disebutkan bahwa Raja Selebar memberikan hak
kepada Inggris untuk membangun gudang dan benteng, hal ini merupakan
salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Selebar.
Pada
tahun 1712 Yoseph Collet diangkat menjadi Deputi Gubernur, ia meminta
izin untuk menggantikan benteng York dan membangun sebuah benteng baru
diatas karang, sebuah bukit kecil yang menghadap ke laut sekitar 2 Km
dari benteng York. Pada tahun
1714 dimulailah pembangunannya dan selesai pada tahun 1718. Yoseph
Colet menyebutnya benteng "Malborough" yang merupakan Duke Of Malborough
pertama yang diangkat menjadi pahlawan nasional setelah ia memenangkan
sejumlah pertempuran melawan Perancis dan musuh-musuh lainnya.
Pada masa pemerintahan Thomas Stamford Raffles tahun 1818 – 1824 Bengkulu menjadi terkenal.
Pada Tahun 1825 Inggris yang menguasai Bengkulu melakukan tukar menukar dengan Belanda yang menguasai Malaysia dan Singapura. Belanda selanjutnya menempati benteng Malborough sampai perang dunia II yang pada akhirnya semua wilayah Sumatera diduduki tentara Jepang sampai Jepang menyerah kalah pada tahun 1945. Setelah kemerdekaan RI tahun 1945 benteng tersebut digunakan oleh TNI dan polisi sampai tahun 1970. Setelah kemerdekaan RI Bengkulu merupakan salah satu Keresidenan di Provinsi Sumatera Selatan, baru pada tahun 1968 Bengkulu terwujud menjadi Provinsi yang berdiri sendiri dan lepas dari Provinsi Sumatera Selatan.
Lambang Daerah Provinsi Bengkulu terdiri atas 3 (tiga) bagian yaitu : Berbentuk tameng. Ditengah-tengah
terdapat tameng kecil yang di dalamnya berisikan setangkai padi dan
setangkai kopi bersama daunnya. Sedangkan ditengah-tengahnya terdapat
bunga Rafllesia, rudus, cerana dan bintang baser. Sebuah pita dengan bertuliskan : "BENGKULU".
Makna Warna di dalam Lambang sebagai berikut: Hijau : Kesuburan, Biru: Kemakmuran, Merah : Dinamika Kegembiraan, Ungu : Ketenangan kedamaian, Kuning : Kejayaan.
Warna hijau
di atas tameng mencerminkan daerah pegunungan Bukit Barisan dengan
tanahnya yang subur sebagai batas tanah daerah Provinsi Bengkulu sebelah
Timur, warna biru berombak dengan 18 (delapan belas) gelombang berarti
Laut dengan sumber kekayaan sebagai batas daerah Propnsi Bengkulu
sebelah Barat.
Dalam tameng kecil terdapat Disebelah
kiri setangkai padi yang berwarna kuning. Buah padi bercelah 17 (tujuh
belas) butir melambangkan tanggal 17. Disebelah kanan terdapat setangkai
bunga kopi berwarna putih dan
buah kopi berwarna hijau, bunga kopi berwarna putih dan buah kopi
berjumlah 8 (delapan) melambangkan bulan Agustus. Tulang daun kopi bagian atas berjumlah 4 (empat) garis.
bagian bawah berjumlah 5 (lima) garis melambangkan tahun 1945, arti
keseluruhannya HARI PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA ( 17 - 8 - 1945 ).
Garis gelombang 18 (delapan batas) melambangkan tanggal 18, Daun kopi berjumlah 11 (sebelas) helai melambangkan bulan November, Bunga kopi setiap tangkai berjumlah 6 (enam) dan buah kopi setiap tangkai berjumlah 8 (delapan).
Arti keseluruhannya adalah hari kelahiran Provinsi Bengkulu (18 November 1968).
Buah Padi dan Kopi mencerminkan hasil utama di bidang pertanian dan perkebunan.
Bunga raflesia Arnoldi sebagai suatu keistimewaan alam dearah Provinsi Bengkulu.
Bingkai berwarna emas yang mengitari Lambang melukiskan salah satu sumber mineral di daerah Provinsi Bengkulu.
Cerana melukiskan kebudayaan rakyat.
Rudus 2 (dua) buah melambangkan kepahlawanan.
Bintang besar dipertemuan ujung padi dan kopi melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Nilai Budaya
Kain bersurek, merupakan kain bertuliskan huruf Arab gundul.
Kepercayaan, pada umumnya masyarakat di Provinsi Bengkulu 95 % lebih menganut agama Islam.
Upacara Adat, banyak
dilakukan masyarakat di Provinsi Bengkulu seperti, sunatan rasul,
upacara adat perkawinan, upacara mencukur rambut anak yang baru lahir.
Upacara Adat
Salah satu upacara tradisional di Kota Bengkulu adalah upacara “TABOT" yaitu suatu perayaan tradisional yang dilaksanakan dari
tanggal 1 sampai dengan tanggal 10 Muharam setiap tahunnya untuk
memperingati gugurnya Hasan dan Husen cucu Nabi Muhammad SAW oleh
keluarga Yalid dari kaum Syiah, dalam perperangan di Karbala pada tahun
61 Hijriah.
Pada perayaan TABOT tersebut dilaksanakan berbagai pameran serta lomba ikan-ikan, telong-telong serta
kesenian lainnya yang diikuti oleh kelompok-kelompok kesenian yang ada
di Provinsi Bengkulu sehingga menjadikan ajang hiburan rakyat dan
menjadi salah satu kalender wisata tahunan.
Falsafah hidup masyarakat setempat
Sekundang setungguan
Seio Sekato.
Bagi
masyarakat Bengkulu pembuatan kebijakan yang menyangkut kepentingan
bersama yang sering kita dengar dengan bahasa pantun yaitu :
Kebukit Samo Mendaki, Kelurah Samo Menurun, Yang Berat Samo dipikul, Yang Ringan Samo Dijinjing, artinya dalam membangun, pekerjaan seberat apapun jika sama-sama dikerjakan akan terasa ringan juga.
Bulek Air Kek Pembuluh, Bulek Kata Rek Sepakat, artinya bersatunya air dengan bambu, bersatunya pendapat dengan musyawarah.
Sumber : http://www.kemendagri.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar