Burung garuda berwarna kuning emas mengepakkan sayapnya dengan gagah
menoleh ke kanan. Dalam tubuhnya mengemas kelima dasar dari Pancasila.
Di tengah tameng yang bermakna benteng ketahanan filosofis, terbentang
garis tebal yang bermakna garis khatulistiwa, yang merupakan lambang
geografis lokasi Indonesia. Kedua kakinya yang kokoh kekar mencengkeram
kuat semboyan bangsa Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti
“Berbeda-beda, Namun Tetap Satu“.
Secara tegas bangsa Indonesia telah memilih burung garuda sebagai
lambang kebangsaannya yang besar, karena garuda adalah burung yang penuh
percaya diri, energik dan dinamis. Ia terbang menguasai angkasa dan
memantau keadaan sendiri, tak suka bergantung pada yang lain. Garuda
yang merupakan lambang pemberani dalam mempertahankan wilayah, tetapi
dia pun akan menghormati wilayah milik yang lain sekalipun wilayah itu
milik burung yang lebih kecil. Warna kuning emas melambangkan bangsa
yang besar dan berjiwa priyagung sejati.
Burung garuda yang juga punya sifat sangat setia pada kewajiban
sesuai dengan budaya bangsa yang dihayati secara turun temurun. Burung
garuda pun pantang mundur dan pantang menyerah. Legenda semacam ini
juga diabadikan sangat indah oleh nenek moyang bangsa Indonesia pada
candi dan di berbagai prasasti sejak abad ke-15.
Keberhasilan bangsa Indonesia dalam meraih cita-citanya menjadi
negara yang merdeka bersatu dan berdaulat pada tanggal 17 Agustus 1945,
tertera lengkap dalam lambang garuda. 17 helai bulu pada sayapnya yang
membentang gagah melambangkan tanggal 17 hari kemerdekaan Indonesia, 8
helai bulu pada ekornya melambangkan bulan Agustus, dan ke-45 helai bulu
pada lehernya melambangkan tahun 1945 adalah tahun kemerdekaan
Indonesia. Semua itu memuat kemasan historis bangsa Indonesia sebagai
titik puncak dari segala perjuangan bangsa Indonesia untuk mendapatkan
kemerdekaannya yang panjang. Dengan demikian lambang burung garuda itu
semakin gagah mengemas lengkap empat arti visual sekaligus, yaitu makna
filosofis, geografis, sosiologis, dan historis.
Burung garuda merupakan mitos dalam mitologi Hindu dan Budha. Garuda
dalam mitos digambarkan sebagai makhluk separuh burung (sayap, paruh,
cakar) dan separuh manusia (tangan dan kaki). Lambang garuda diambil
dari penggambaran kendaraan Batara Wisnu yakni garudeya. Garudeya itu
sendiri dapat kita temui pada salah satu pahatan di Candi Kidal yang
terletak di Kabupaten Malang tepatnya: DesaRejokidal, Kecamatan Tumpang,
Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Garuda sebagai lambang negara menggambarkan kekuatan dan kekuasaan
dan warna emas melambangkan kejayaan, karena peran garuda dalam cerita
pewayangan Mahabharata dan Ramayana. Posisi kepala garuda menengok lurus
ke kanan.
Jumlah bulu melambangkan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945), antara lain:
- Jumlah bulu pada masing-masing sayap berjumlah 17
- Jumlah bulu pada ekor berjumlah 8
- Jumlah bulu di bawah perisai/pangkal ekor berjumlah 19
- Jumlah bulu di leher berjumlah 45
Perisai merupakan lambang pertahanan negara Indonesia. Gambar perisai tersebut dibagi menjadi lima bagian: bagian latar belakang dibagi menjadi empat dengan warna merah putih berselang seling (warna merah-putih melambangkan warna bendera nasional Indonesia, merah berarti berani dan putih berarti suci), dan sebuah perisai kecil miniatur dari perisai yang besar berwarna hitam berada tepat di tengah-tengah. Garis lurus horizontal yang membagi perisai tersebut menggambarkan garis khatulistiwa yang tepat melintasi Indonesia di tengah-tengah.
Emblem
Setiap gambar emblem yang terdapat pada perisai berhubungan dengan simbol dari sila Pancasila.
Bintang Tunggal
Sila ke-1: Ketuhanan Yang Maha Esa. Perisai hitam dengan sebuah bintang emas berkepala lima menggambarkan agama-agama besar di Indonesia, Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan juga ideologi sekuler sosialisme.
Rantai Emas
Sila ke-2: Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab. Rantai yang disusun atas gelang-gelang kecil ini menandakan hubungan manusia satu dengan yang lainnya yang saling membantu. Gelang yang lingkaran menggambarkan wanita, gelang yang persegi menggambarkan pria.
Pohon Beringin
Sila ke-3: Persatuan Indonesia. Pohon beringin (Ficus benjamina) adalah sebuah pohon Indonesia yang berakar tunjang – sebuah akar tunggal panjang yang menunjang pohon yang besar tersebut dengan bertumbuh sangat dalam ke dalam tanah. Ini menggambarkan kesatuan Indonesia. Pohon ini juga memiliki banyak akar yang menggelantung dari ranting-rantingnya. Hal ini menggambarkan Indonesia sebagai negara kesatuan namun memiliki berbagai akar budaya yang berbeda-beda.
Kepala Banteng
Sila ke-4: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Binatang banteng (Latin: Bos javanicus) atau lembu liar adalah binatang sosial, sama halnya dengan manusia cetusan Presiden Soekarno dimana pengambilan keputusan yang dilakukan bersama (musyawarah), gotong royong, dan kekeluargaan merupakan nilai-nilai khas bangsa Indonesia.
Padi Kapas
Sila ke-5: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Padi dan kapas (yang menggambarkan sandang dan pangan) merupakan kebutuhan pokok setiap masyarakat Indonesia tanpa melihat status maupun kedudukannya. Hal ini menggambarkan persamaan sosial dimana tidak adanya kesenjangan sosial satu dengan yang lainnya, namun hal ini bukan berarti bahwa negara Indonesia memakai ideologi komunisme.
Motto
Pita yang dicengkeram oleh burung garuda bertuliskan semboyan negara Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Bhinneka Tunggal Ika berasal dari kalimat bahasa Jawa Kuno karangan Mpu Tantular yang berarti “Walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu” yang menggambarkan keadaan bangsa Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam suku, budaya, adat-istiadat, kepercayaan, namun tetap adalah satu bangsa, bahasa, dan tanah air.
Sumber : http://www.frewaremini.com // http://oimamonoha.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar